REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemilih pemula diindikasikan cenderung pasif terhadap pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak di Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil survei yang dilakukan Clinic for Community Empowerment (CCE) Universits Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Dari survei yang dilakukan secara acak terhadap 482 responden ini diketahui sebagian besar atau 73,24 persen (353 responden) mengaku tidak mengetahui calon kepala daerah di daerahnya yang maju Pilkada serentak 2017 mendatang. Hanya 129 responden atau 26,76 persen responden saja yang menjawab tahu.
"Responden ini merupakan pemilih pemula baik mahasiswa maupun pelajar dari berbagai daerah yang tinggal di Yogyakarta," ujar Direktur CCE UAD, Hadi Suyono dalam paparan hasil survei, Jumat (28/10).
Suvei sendiri dilakukan melalui teknik wawancara dengan responden. Survei melibatkan 20 mahasiswa CCE UAD dan dilakukan awal Oktober 2016 lalu. Survei sendiri digelar di Yogyakarta.
"Ini menandakan bahwa pemilih pemula cenderung acuh dan pasif terhadap pelaksanaan Pilkada. Buktinya banyak yang tidak tahu, apalagi saat kita tanya alasan ketidaktahuannya ternyata cukup mencengangkan," kata Hadi.
Responben banyak beralasan tidak ingin tahu terkait calon kepala daerah dalam pilkada, tidak tertarik dan bahkan ada yang menjawab tidak peduli terhadap Pilkada. Jawaban lainnya mengaku tidak tertarik politik dan sibuk kuliah. 353 responden atau 84,65 persen bahkan mengaku tidak tertarik terjun ke dunia politik dan hanya 74 orang atau 15,25 persen yang mengaku tertarik.
Beberapa alasan yang disampaikan responden karena tidak tertarik terjun ke politik antara lain karena politik dilihat hanya mengedepankan kekuasaan, banyak manipulasi, sarang korupsi, kejam dan penuh konspirasi. Namun responden juga mengaku mendambakan pemimpin yang rendah hati, bertanggungjwab, jujur, cerdas, bersahaja, ramah, tidak haus kekuasaan, berintegritas, menghargai rakyat dan tidak diskriminatif.