Rabu 26 Oct 2016 05:33 WIB

Walhi: Debit Banjir Bandung Terus Meninggi dalam 10 Tahun

Sejumlah kendaraan terjebak banjir di kawasan Pasteur, Bandung, Jawa Barat, Senin (24/10).  (Antara/Agus Bebeng)
Foto: Antara/Agus Bebeng
Sejumlah kendaraan terjebak banjir di kawasan Pasteur, Bandung, Jawa Barat, Senin (24/10). (Antara/Agus Bebeng)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Banjir di Kota Bandung, Jawa Barat, meluas dan debitnya terus meninggi dalam rentang waktu 10 tahun terakhir, kata Ketua Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jabar Dadan Ramdhan.

"Mencermati situasi banjir di Kota Bandung makin meluas, juga debit dan ketinggiannya kian meningkat," kata Dadan di Bandung, Selasa (25/10).

Menurut Dadan, dalam rentang 10 tahun kawasan banjir mulai dari kawasan timur dan selatan, dan saat ini meluas ke wilayah barat dan tengah Kota Bandung. Banjir pada Senin (24/10) terjadi di Kecamatan Regol Astanaanyar, Cicendo, dan Sukasari yang menunjukkan tren penambahan kawasan genangan di wilayah tengah dan barat Kota Kembang.

Penyebabnya, kata dia adalah tata ruang Kota Bandung yang mana wilayah kota banyak alih fungsi, terjadi penyempitan sungai, kerusakan vegetasi dan lainnya. Ia mencontohkan dua anak sungai yakni Cigalumpir dan Lemahneudeut, daya tampung dan dukung menurun sehingga meluap. Hal itu diperparah pada bagian hulu yang terjadi alih fungsi lahan.

"Bagaimana itu tidak terjadi karena kawasan Bandung utara, termasuk 3.000 hektare di wilayah Kota Bandung, diperkirakan 80 persen sudah jadi beton. Sehingga "run off" air larian itu tak bisa diserap, lahan hijau, mengalir ke permukaan, sehingga jalan jadi sungai," katanya.

Demikian halnya dengan kondisi hulu Citepus di atas, sehingga beralih fungsi, baik di wilayah Cimahi maupun Bandung barat. Ia menyebutkan hal itu sudah diprediksi sejak 15 tahun lalu hal itu akan terjadi namun akselerasi penanganan oleh Pemkot Bandung tidak terlalu cepat. Dari rekam banjir, penambahan genangan, pembangunan beton. drainase yang buruk itu masih terus memperkuat potensi banjir.

"Kawasan resapan air Bandung utara saat ini sudah beralih menjadi bangunan komersial, ada juga bangunan pemerintah di sana. Perizinan perlu diperketat," katanya.

Menyusul kejadian banjir yang terjadi Senin, Dadan menyatakan hal itu sebagai 'warning' yang harus direspon semua pihak. Dalam jangka pendek masyarakat harus lebih waspada dan antisipasi kejadian serupa bisa terjadi selama belum ada upaya penanggulangannya.

"Kota Bandung telah memiliki Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RJPMD) yang menargetkan bebas banjir 2016, namun kenyataanya masih ada. Hal itu jelas harus menjadi perhatian bersama," katanya.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah normalisasi sungai dari bangunan-bangunan yang memakan ruas sungai. Selain bisa menimbulkan bencana banjir juga bisa mengancam keselamatan jiwa.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement