REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen MIUMI, Ustaz Bachtiar Nasir menerangkan, makna kata awliya dalam surah Al Maidah ayat 51. Hal ini menyusul kehebohan netizen setelah tersebarnya pesan yang menyatakan bahwa terjemahan awliya dalam surah Al Maidah ayat 51 sudah diubah dari pemimpin menjadi teman setia.
Ustaz Bachtiar Nasir menguraikan, makna kata awliya dari sisi kebahasaan. "Kata awliya (adalah) bentuk jamak dari wali. Wali itu bisa berarti teman dekat, bisa berarti teman setia, bisa juga berarti pemimpin," kata Ustadz Bachtiar Nasir, kepada Republika.co.id, Ahad (23/10).
Menurut dia, kata wali bisa mengambil bentuk jamak walayah, wilayah, dan awliya. Apabila kata wali mengambil bentuk jamak walayah artinya dimenangkan, sedangkan bila diambil dari wilayah artinya dikuasakan. Secara bahasa, terjemah Alquran terbitan-terbitan percetakan manapun yang menggunakan kata teman dekat atau teman setia tidak salah.
"Maknanya adalah kalau teman dekat itu saja tidak boleh, apalagi dijadikan pemimpin," kata Ustaz Bachtiar.
Dalam cetakan-cetakan terjemah Alquran yang sudah beredar sebelum kasus penistaan terhadap al Maidah 51 oleh Ahok, terjemah teman setia ini tidak pernah masalah. Oleh karena itu, dia meminta masyarakat tidak perlu ribut atau resah dengan hal ini.
Pembina Ar Rahman Quranic Learning Center (AQL) ini menambahkan, versi terjemahan awliya dalam al Maidah 51 yang diartikan teman setia sudah terbit jauh sebelumnya sebelum kasus penistaan agama oleh Ahok. Terjemahan tersebut berdasarkan pada Lembaga Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI. Menurut Ustaz Bachtiar, mushaf-mushaf Alquran yang dia bagikan kepada jamaah pun ada yang terjemahannya teman setia, ada pula pemimpin.
Ustaz Bachtiar meminta masyarakat tidak memperpanjang terjemahan kata awliya sebagai teman setia atau pemimpin. Kedua makna tersebut tidak ada masalah. Yang penting ditekankan ialah pemahaman masyarakat terhadap hukum ayat tersebut.
"Masyarakat saya harapkan tidak usah memperpanjang ini, tapi yang perlu adalah pemahamannya. Kalau teman setia saja tidak boleh, apalagi pemimpin," kata Ustaz Bachtiar menegaskan.