REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta pihak kepolisian (Densus 88) untuk menelusuri adanya teror bom dari orang tidak dikenal. Teror itu datang melalui telepon yang ditujukan untuk rumah dinas wali kota dan Balai Kota Surabaya beberapa hari lalu.
"Kami sudah minta Densus 88 untuk mengungkap teror bom itu," kata Risma, setelah menerima tamu Word Bank di rumah dinasnya di Jalan Sedap Malam, Surabaya, Sabtu (22/10).
Risma menilai aneh terkait ancaman seorang pria yang meminta eks lokalisasi Dolly terbesar se-Asia Tenggara yang telah ditutup dua tahun lalu agar dibuka kembali. Sebab, kata Risma, dirinya tidak pernah membuka praktik asusila tersebut. "Kapan saya buka Dolly, kok sekarang diminta buka Dolly," kata Risma.
Risma menegaskan, ditutupnya Dolly bukan untuk menyusahkan warga di sekitar Dolly. Melainkan untuk membantu mensejahterakan masyarakat Dolly dalam segi perekonomian.
Terlebih, kata Risma, nasib anak-anak yang berada di kawasan Dolly. Mereka jauh dari lingkungan anak-anak pada umumnya, khususnya dalam segi pendidikan. "Yang paling saya perhatikan prekonomian mereka, nasib pendidikan anak-anak di sekitar. Makanya kita kasih beasiswa pada mereka, kita beri pelatihan wirausaha kepada warga setempat," katanya.
Terkait ancaman meledakkan rumdin dan balai kota, Risma mengaku tidak takut. Menurutnya, Tuhan akan selalu melindunginya. "Saya tidak takut dengan ancaman itu," katanya.
Sebelumnya, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbanglinmas) Pemkot Surabaya Soemarno mengakan, Rumah Dinas Wali Kota Surabaya dan gedung Pemkot Surabaya mendapat teror bom dari orang tidak dikenal melalui telepon pada Rabu (19/10), sore. "Iya benar, tadi sore sekitar pukul 15.30 WIB, ada orang yang mengaku bernama Helmi meneror dengan cara telepon ke operator di pemkot," katanya.
Menurut dia, ada telepon dari orang yang mengaku bernama Helmi diterima oleh Riaman, petugas jaga yang juga Staf Piket Bagian Umum dan Protokol Pemkot Surabaya. Adapun pembicaraan dalam telepon tersebut, pelaku mengancam, "Apabila Pemkot Surabaya tidak membuka lagi lokalisasi Dolly dalam waktu tiga hari, rumah dinas wali kota dan gedung Pemkot Surabaya akan saya ledakkan".
Mendapati hal itu, pihaknya berkoordinasi melakukan pengamanan di Rumah Dinas Wali Kota dan Pemkot Surabaya. "Meskipun itu cuma iseng, kami tetap menyikapi karena ini simbul pemerintahan. Kita tingkatkan kewaspadaan," katanya.