REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Provinsi Riau mengemukakan hingga pertengahan Oktober tahun ini, luas karhutla menjadi 3.810 hektare.
"Ada tambahan sekitar 67 hektare, sehingga per Jumat (14/10) total 3.810 ha karhutla di Riau," kata Wakil Komandan Satgas Operasi Karhutla Provinsi Riau, Edwar Sanger di Pekanbaru, Ahad (16/10).
Dia mengaku, pihaknya akan terus bekerja melakukan pemadaman baik melalui darat maupun udara untuk memastikan tidak terjadinya kebakaran terutama di lahan gambut. Luas total wilayah daratan di Provinsi Riau sekitar 8,9 juta ha, 49 persen atau 4,36 juta ha diantaranya merupakan hutan dan lahan bergambut yang rentan terbakar di musim kering.
Apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat perkirakan terhitung awal Oktober sampai November tahun ini merupakan puncak kemarau basah akibat pengaruh fenomena alam La Nina.
"Biar pun kemarau basah, tapi bukan berarti semua daerah bakal di landa hujan. Contoh hari ini, pemadaman lewat udara masih terus kita lakukan seperti di Meranti," ucap Edwar.
Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Jim Gafur mengaku, kewalahan dalam memadamkan api pada lahan gambut di Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, sehingga terus meluas. "Untuk pemadaman darat, kita kesulitan sumber air. Jarak antara pinggir laut ke lokasi kebakaran cukup jauh sementara api terus meluas ke tengah pulau," ujarnya.
Kepala BPBD Kepulauan Meranti, Muhammad Edy Afrizal mengatakan, meski sebagian besar wilayah Riau diguyur hujan dalam tiga hari terakhir, tapi hal itu tidak terjadi di pesisir Riau, terutama Meranti. Edy menggambarkan, saat ini cuaca di Kepulauan Meranti cukup panas terik dengan angin kencang dan hari tanpa hujan telah mencapai lebih dari satu bulan. Hal tersebut menyebabkan gambut di wilayah Kepulauan Meranti, terdiri dari kepulauan pada bagian Timur di Riau menjadi kering dan sangat mudah terbakar.