Ahad 16 Oct 2016 12:51 WIB

Anies: Pendekatan Pengolahan Sampah DKI Harus Berubah

Rep: Kabul Astuti/ Red: Bilal Ramadhan
Bakal cagub DKI Jakarta Anies Baswedan di tengah masyarakat kecil Jakarta
Foto: Antara/Reno Esnir
Bakal cagub DKI Jakarta Anies Baswedan di tengah masyarakat kecil Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Bakal calon gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, memandang pendekatan pengolahan sampah DKI Jakarta harus diubah. Hal itu diungkapkan dalam kunjungan Anies ke TPST Bantargebang Kota Bekasi, Sabtu (15/10).

Anies menerima berbagai uneg-uneg dari warga Bantargebang tentang pendidikan anak-anak dan dampak kiriman sampah DKI Jakarta. Anies menginginkan adanya pendekatan baru dalam pengolahan sampah.

"Kita harus mengubah cara mengelola sampah, bahwa sampah itu bukan sekadar sesuatu yang diletakkan, dikirim, lalu ditimbun," kata Anies, Sabtu (15/10).

Pengolahan sampah harus dimulai dari hulu, dari tataran rumah tangga, lingkungan, sampai dengan wilayah. Dengan kekuatan anggaran yang ada, sampah seharusnya bisa dikelola mandiri tanpa perlu meninggalkan Kota Jakarta.

Anies mengakui kondisi ini tidak bisa dipecahkan dalam waktu singkat, tapi menurut Anies, membiarkan kondisi seperti ini juga tidak mengubah keadaan. Anies menerangkan pendekatan tiga pintu dalam pengolahan sampah, yakni pintu depan, pintu tengah, dan pintu belakang.

Intinya, selektif sebelum membeli barang, meminimalkan sampah ketika proses konsumsi, dan terakhir memilah sampah berdasarkan jenisnya. Sampah organik dijadikan kompos, sedangkan sampah non organik digunakan kembali atau didaur ulang.

Secara bertahap, pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi volume aliran sampah DKI Jakarta ke Bantargebang. "Secara bertahap kita kurangi aliran sampah dari Jakarta ke Bantargebang melalui kebijakan tiga pintu di tiap-tiap rumah tangga yaitu sebelum mengonsumsi, meminimalisasi sampah saat mengonsumsi, dan memilah sampah sesuai jenisnya," ujar Anies.

Anies menambahkan, pemerintah akan menyediakan tempat sampah khusus untuk sampah organik dan nonorganik di tiap-tiap rumah tangga sehingga pemilahan tidak terjadi di hilir, tapi di hulu. Ia memandang pengolahan sampah harus menjadi gerakan, tidak boleh sekedar menjadi program pemerintah.

Seperti di negara-negara maju, sudah ada pabrik pengolahan sampah sehingga sampah tidak dibuang begitu saja. "Jakarta harus bisa mengelola sampahnya," tegas Anies.

Saat ini, DKI Jakarta mengirimkan 6.700-7.000 ton sampah setiap hari. Ia berharap dalam waktu tiga sampai dengan lima tahun ke depan, aliran sampah ke Bantargebang bisa berkurang secara signifikan.

Selama proses transisi menuju pengelolaan sampah Jakarta yang mandiri, Anies menyatakan, DKI Jakarta harus memikirkan pendidikan anak-anak Bantargebang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement