Jumat 14 Oct 2016 20:36 WIB

Diduga Pukul Murid, Guru Diperiksa Polisi

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi pemukulan.
Ilustrasi pemukulan.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Kasus dugaan pemukulan oleh oknum guru terhadap seorang muridnya di SDN Langensari 04 Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang terus bergulir. Aparat Polres Semarang mulai turun tangan untuk menangani kasus ini.

Kapolres Semarang, AKBP Vincentius Thirdy Hadmiarso mengaku telah menurunkan anggotanya untuk mengecek kondisi SFS (12), murid kelas V yang mendapatkan tindak kekerasan di sekolah.

Dalam waktu dekat, sang oknum guru TR bakal segera diperiksa oleh polisi terkait dugaan pemukulan yang dilakukannya terhadap bocah yatim piatu tersebut.

“Kami sudah klarifikasi ke pihak keluarga. Ternyata benar, SFS saat ini masih trauma saat bertemu orang yang tak dikenalnya,” ungkap kapolres saat dikonfirmasi di Mapolres Semarang, Jumat (14/10).

Dari klarifikasi ini, lanjutnya, terungkap dugaan pemukulan SFS oleh sang guru sekaligus wali kelasnya, TR, terjadi pada bulan Agustus 2016 lalu.

Ia juga mengakui, anggotanya sempat kesulitan untuk berkomunikasi langsung dengan SFS. Beberapa upaya pendekatan sudah dilakukan, namun SFS masih tetap histeris dan tak mau ditemui.

Akhirnya petugas Polres Semarang berbicara langsung dengan SFS, setelah Kasatreskrim, AKP Hartono menjanjikan akan memberikan hadiah kepada bocah tersebut. “Hingga akhirnya anggota kami bisa mengorek sejumlah keterangan dari korban ini,” ujarnya.

Dari perbincangan itu, kata Thirdy, anggotanya sudah mencatat sejumlah keterangan SFS terkait dengan tindak pemukulan yang diterimanya tersebut. Sehingga, polisi tinggal mendapatkan keterangan dari sang guru.

“Langkah berikutnya yang akan kami tempuh adalah memeriksa TR sebagai pihak terlapor guna melakukan klarifikasi atas dugaan tindak pemukulan terhadap muridnya tersebut," kata kapolres.

Selain menangani kasus dugaan kekerasan di sekolah, lanjut dia, Polres Semarang juga fokus untuk memberikan perlindungan serta pendampingan bagi SFS yang hingga kini masih terlihat ketakutan dan enggan kembali ke sekolah.

"Kami prihatin atas kasus kekerasan di lingkungan pendidikan tersebut, terlebih lagi dengan kondisi psikis korban yang dampaknya masih dirasakan hinga saat ini,” kata Thirdy.

Sementara itu, sejumlah murid kelas V SDN Langensari 04 yang dikonfirmasi mengaku melihat peristiwa pemukulan terhadap SFS di kelasnya. Ketua kelas V SD Negeri Langensari 04, Raihan Rifki Romadhon (11) misalnya, melihat SFS saat dipukul oleh guru TR di depan kelas. “Betul, SFS pernah dipukul ibu TR pada saat pelajaran matematika,” katanya.

Saat ditanya keseharian SFS, bocah inipun mengakui rekannya tersebut cenderung pendiam dan tak banyak bicara. “Biasanya ia sering duduk di bangku pojok paling belakang di ruang kelas,” katanya.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement