Jumat 14 Oct 2016 15:18 WIB

Ada Apa dengan Nusron Wahid Kauman?

Politikus Partai Golkar Indra J. Piliang.
Foto: Antara
Politikus Partai Golkar Indra J. Piliang.

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Nusron Wahid mencuat menyusul pernyataan yang mengkritik MUI dalam sebuah acara di televisi beberapa waktu lalu. Banyak yang mengecam Nusron karena dianggap terlalu membela Ahok, namun tak sedikit rekannya yang membela.

Indra J. Piliang, pengamat politik yang juga Ketua Umum Studi Klub Sejarah (SKS) Universitas Indonesia 1993-1994 membuat tulisan khusus untuk Nusron Wahid. Indra mengenal Nusron jauh ketika keduanya masih duduk dibangku kuliah. Berikut tulisan Indra yang berjudul, "Ada Apa dengan Nusron Wahid Kauman?"

 

Ketika saya memutuskan untuk melantik anggota baru Studi Klub Sejarah (SKS) Universitas Indonesia pada tahun 1994, nama Nusron Wahid terdapat dalam catatan harian saya. Begini bunyinya:

***

Sabtu, 18 Juni 1994

Pagi melantik Angkatan 1993 sebagai anggota SKS. Hanya 11 orang. Hanya 3 orang yang menonjol: Nusron Wahid, Dadang Budiana dan Dede Suryadi. Dalam membicarakan masalah struktur, terjadi perbedaan pendapat tentang fungsi dan kedudukan Sekum, terutama antara Pris dan Nusron. Akhirnya tercapai kesepakatan bahwa Sekum lebih tinggi dari Ketua I dan Ketua II.

Selain aku, yang bicara adalah Mas Luthfi, Abdurahman dan Firdaus. Mustafa Kamal dan Agus juga datang.

“Mudah-mudahan ada perubahan dalam tubuh SKS,” kata Kamal.

***

 

Sampai Angkatan 1993 menyelesaikan kuliahnya, ketiga nama itu memang menonjol. Dede Suryadi, misalnya, menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Sastra UI, Pristianto (Angkatan 1992) menjadi Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakuktas Sastra UI, dan Dadang Budiana menggantikanku di SKS UI.

Tak lama setelah itu, aku terpilih sebagai Sekretaris Umum Senat Mahasiswa Fakultas Sastra UI dengan Ketua Umum Mustafa Kamal (sekarang menjadi Sekretaris Jenderal DPP Partai Keadilan Sejahtera) periode 1994-1995.

Aku memang menulis catatan harian sepanjang tahun 1991 hingga 1998. Banyak sekali nama aktivis pergerakan mahasiswa yang tercatat, termasuk Fadli Zon, Fahri Hamzah, Anies Baswedan, Chandra M Hamzah, dan ratusan nama lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tahun 1996, misalnya, aku mendirikan Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ) bersama Ubaidillah Badrun (IKIP Jakarta), Hengki (Univ 17 Agustus), Danar (Univ Moestopo Beragama), dan lain-lain. FKSMJ menjadi salah satu elemen aksi mahasiswa 1998 dibawah pimpinan Sarbini, walau sebagian yang lain ikut bergabung bersama Forum Kota.

Dan di dalam lembaran-lembaran itu terdapat nama Nusron Wahid Kauman. Aku tidak tahu, kapan terakhir kali Nusron Wahid menghapus nama Kauman dari nama yang ia pilih ketika menulis. Puluhan artikel yang ia tulis dalam Majalah Suara Mahasiswa UI mencatatkan nama Nusron Wahid Kauman atau Nusron W Kauman itu. Saya tidak pernah membaca, mendengar ataupun menyaksikan Nusron Wahid (Kauman) ini menggunakan nama Purnomo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement