REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Bencana banjir bandang Garut masih menyisakan duka mendalam bagi korban. Banyak di antara korban yang masih kebingungan dalam menjalani hidup pasca-bencana.
Sekalipun masa tanggap darurat telah berakhir, namun masyarakat yang terkena dampak masih kesulitan dalam tahap rekonstruksi dan rehabilitasi.
Ketua Rabithah Alawiyah DPC Bandung Habib Faisol M. Shahab mengatakan, dalam usaha membantu korban, pihaknya menggandeng TNI Angkatan Laut (AL), khususnya Polisi Militer Angkatan Laut.
Sebagai lembaga yang sama-sama memiliki tujuan untuk mempererat ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, TNI AL dan Rabithah sangat berkepentingan untuk terjun langsung di Garut. Sebab Garut kini menjadi salah satu daerah di Indonesia yang paling membutuhkan bantuan demi kembali bangkit dari bencana.
"Sekalipun masa Tanggap Darurat sudah berakhir pada 4 Oktober 2016 yang lalu, namun sekarang ini masih masa transisi. Dan mereka (korban) masih membutuhkan bantuan dari masyarakat yang peduli sebelum masuk tahap rehabilitasi dan rekonstruksi yang diperkirakan akan memakan waktu sampai beberapa bulan kedepan," kata Faisol M. Shahab.
Ini adalah langkah tahap kedua dilakukan Rabithah dalam membantu korban bencana Garut. Sebelumnya, pada tahap pertama, Rabithah langsung terjun untuk menyalurkan bantuan awal, beberapa saat usai bencana menghantam Garut.
Seluruh program bantuan ini terangkum dalam program Rabithah Peduli. "Pada Rabithah Peduli tahap II ini kita bekerjasama dengan Polisi Militer Angkatan Laut," kata Faisol.
Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Laut (Danpuspom AL), Muchammad Richard dan Komandan Polisi Militer (Danpom) AL Bandung, Mayor Encep Junjunan, ikut terjun dalam program Rabithah Peduli tahap II ini. Pihak TNI Al menyiapkan bantuan materi hingga distribusi. "Bantuan berupa air mineral, mie instan, gula, kopi, alat alat tulis, sabun cuci, sabun mandi, odol, sikat gigi, pembalut wanita, pembersih, dan obat obatan," kata Faisol.
Rabithah berharap, usaha kerja sama dengan TNI AL ini bisa meringankan beban korban sekaligus memupuk rasa persatuan antara sesama anak bangsa. Sebab Rabithah sebagai ormas Islam yang telah berdiri sejak 1928, punya salah satu semangat utama untuk mempererat ikatan kebangsaan.
"Alhamdulillah Rabithah bisa kembali ikut berpartisipasi membantu saudara saudara kita di Garut. Mudah mudahan bantuan yang sedikit ini bisa meringankan beban saudara-saudara kita yang terkena musibah," tutup Faisol.