REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sepekan terakhir, dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja (Ahok) Purnama terus diperbincangkan banyak kalangan. Tak ayal, nama Ahok pun selalu disebut-sebut baik di media televisi maupun media sosial.
Sekilas, kabar tersebut diperkirakan akan mendatangkan efek negatif bagi mantan Bupati Belitung Timur tersebut. Namun nyatanya, justru kabar tersebut memberikan efek positif bagi popularitas Ahok. "Popularitas (Ahok) jadi tambah tinggi," kata juru bicara tim pemenangan Ahok-Djarot Miryam S Haryani, Kamis (13/10).
Meski begitu, Miryam tetap mengakui ada sedikit kekhawatiran terkait pernyataan Ahok soal Al Maidah ayat 51 tersebut. Untuk itu, tim meminta Ahok agar mengurangi pembicaraan soal suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Tim meminta Ahok agar berhati-hati bila menyinggung masalah SARA.
"Supaya hati-hati bicara agama, suku, dan ras. Kalau jawabannya salah, bisa salah lagi. Harus kita pikirkan dan jadi perhatian serius. Dari segi publisitas (kami) terima kasih, namun dari segi masyarakat membuat khawatir," ujar politikus Partai Hanura ini.
Menurut dia, SARA, khususnya agama diibaratkannya seperti angin. Bisa dirasa tapi tidak bisa dipegang. Miryam mengatakan mulai sekarang Ahok tidak akan banyak bicara atau menyinggung SARA. "Bicara yang lain saja, kritisi program, visi, dan misi. Di luar itu kami sarankan tidak banyak bicara," kata dia.
Miryam menyebut semua parpol atau elemen masyarakat saat ini tertuju pada pilgub DKI Jakarta. Pasalnya, pilgub DKI kali ini cukup menarik perhatian karena ada Ahok, yakni figur yang membuat orang terpengaruh karena baik dari rekam jejak hingga cara bicara berbeda dari figur yang ada.