Rabu 12 Oct 2016 16:19 WIB

Balitbang Kementan Bentuk Konsorsium Penelitian

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Winda Destiana Putri
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman.
Foto: Wisnu Aji Prasetyo/Republika
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, pembentukan konsorsium riset dalam berbagai topik penelitian, yang melibatkan peneliti lintas lembaga dan institusi, merupakan upaya riil Balibang kementerian Pertanian dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengguanaan dana riset. Selain itu, konsorsium ini lebih mendayagunakan hasil riset dalam menunjang pembangunan pertanian nasional.

Amran mengungkapkan, di tengah berbagai kitikan banyak pihak, terhadap rendahnya alokasi dana riset. menurut data, Indonesia baru mengalokasi sekitar 0,2 persen dari PDB. Dana tersebut jauh bila dibandingkan dengan Korea Selatan yang saat ini telah mengalokasikan anggaran penelitian sekitar 4,3 persen dari PDB negaranya.

''Dengan semua permasalahan yang diuraikan di ats, maka sorotan terhadap produktivitas riset serta peran riset dalam pembangunan nasional itu tanda tanya besar,'' kata Amran, dalam orasi profesor riset Kementerian Pertanian, di Bogor, Selasa (11/10).

Amran menyatakan, dengan banyaknya kritikan terhadap lembaga penelitian, merupakan momentum untuk melalukan pembenahan yang menyeluruh, terutama untuk menghasilkan penelitian yang berorientasi kebutuhan pengguna akhir. Terbatasnya keterlibatan swasta dan BUMN merupakan titik awal yang perlu dicermati bersama, baik yang terkait dengan peraturan perundangan yang belum sepenuhnya mendukung ke arah itu, ataupun mekanisme perencanaan serta keterbukaan lembaga riset terhadap kedua lembaga ini.

Ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan 106 tahun 2016 tentang Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2017, yang berorientasi pada keluaran hasil penelitian sesuai dengan kualifikasi standar kualitas yang telah ditetapkan. Diharapkan, peraturan tersebut makin mempermudah dibangunnya jejaring kerja antar lembaga serta pihak swasta dan BUMN.

Dalam kesempatan tersebut, Mentan juga memberikan tugas kepada Suwarno, yang menyampaikan orasi berjudul 'Pengembangan Varietas Unggul dalam rangka Peningkatan Produktivitas Padi Lahan Suboptimal'. Dalam orasinya, dikatakan untuk menginisiasi kerjasama antar peneliti, baik yang ada di institusi pemerintah, swasta ataupun BUMN, dalam pengembangan padi di lahan sub optimal.

Upaya perluasan adopsi varietas unggul yang dihasilkan Suwarno merupakan target dalam kerjasama dengan IRRI, serta dapat diintegrasikan dengan program 1000 Desa Mandiri Benih yang saat ini dikembangkan pemerintah. Hal ini diharapkan dapat memperluas penggunaan varietas unggul padi gogo dan padi rawa yang telah lepas Suwarno, yang hingga kini berjumlah 32 varietas. Diperkirakan, mempunyai dampak ekonomi sebesar Rp 6,59 triliun.

Pada kesempatan yang sama, Mentan juga menantang Meldy Leonardy Anderson Hosang, yang menyampaikan orasi dengan judul 'Sistem Pengendalian Hama Sexava Ramah Lingkungan Pada Tanaman Kelapa'. Sistem tersebut untuk melakukan pengembangan yang menyeluruh bersama peneliti terkait lintas lembaga, agar dapat memperluas penerapan hasil penelitiannya.

Sistem ini untuk meyakinkan para pihak terkait, terutama dunia usaha, untuk secara bersama mengurangi penggunaan insektisidasistemik. Hasil Penelitian Meldy L. A. Hosang melalui konsep ramah lingkungan telah berhasil mengintegrasikan berbagai pendekatan dalam pengendalian sexava pada kelapa, sehingga dapat menurunkan kerusakan pada kelapa dari 44 persen menjadi 12,6 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement