Sabtu 08 Oct 2016 19:21 WIB

Pendaki Asal Jabar Meninggal di Gunung Semeru

Gunung Semeru
Foto: Republika/Yasin Habibi
Gunung Semeru

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Pendaki bernama Sahat M. Pasaribu (23) asal Depok, Jawa Barat meninggal dunia saat melakukan pendakian di Gunung Semeru berketinggian 3.676 meter dari permukaan laut, di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu.

"Tim evakuasi sempat memberikan pertolongan kepada korban, namun tiba-tiba napas korban terhenti, tidak ada denyut nadi dan denyut jantung," kata Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Antong Hartadi saat dihubungi dari Lumajang.

Ia mengatakan korban bersama rombongannya berjumlah 13 orang mendaftar di Pos Ranupani pada Rabu (5/10) dan mereka melakukan pendakian, setelah mengikuti pengarahan dari petugas di Resort Ranupani.

"Rombongan korban sempat bermalam di Ranu Kumbolo dengan mendirikan tiga tenda dan keesokan harinya pada Kamis (6/10), mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Pos Kalimati yang merupakan batas terakhir pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut," tuturnya.

Berdasarkan laporan yang diterima pihak TNBTS, korban sempat mengeluhkan masuk angin dan hanya makan sedikit pada malam harinya. Kemudian keesokan pada Jumat (7/10) dini hari, tiga orang dari rombongan korban nekat naik ke puncak Gunung Semeru (Mahameru) yakni Luki Prasetia, Okky Rahmawati, dan Dimas Regaeloni.

"Korban sempat keluar dari tenda dan langsung muntah-muntah berupa air, selanjutnya mengeluhkan kepalanya pusing, perut mual, korban dalam posisi duduk diam dan masih muntah-muntah," katanya.

Rombongan korban kemudian berkemas untuk turun menuju ke Ranupani, namun baru sekitar 200 meter dari pondok pendaki di Kalimati, korban Sahat terlihat pucat, bengong, linglung dan pandangan kosong, serta tidak kuat jalan.

Baca juga, Tim SAR Telusuri Jejak Kaki Pendaki yang Hilang di Semeru.

"Korban sempat digendong untuk turun, namun teman korban tidak kuat dan memutuskan untuk meminta bantuan petugas di Pos Ranupani, sehingga mereka menunggu bantuan di Jambangan," ujarnya.

Selama menunggu bantuan, korban terus muntah dan mengalami mual, serta pusing. Bahkan kondisi korban semakin parah dengan badannya panas, napas sesak seperti mengalami gangguan pernapasan dan tidak bisa diajak komunikasi.

"Tim evakuasi berjumlah empat orang tiba di lokasi pada Sabtu (8/10) pukul 00.09 WIB dan memberikan bantuan oksigen kepada korban, namun tiba-tiba napasnya terhenti dan tim evakuasi melakukan pengecekan denyut nadi dan jantung, hasilnya tidak ada denyut nadi dan jantung. Kemudian tetap diberikan pertolongan, namun tidak ada reaksi," ujarnya menambahkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement