REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Badan SAR Nasional (Basarnas) Jawa Timur menyatakan pencarian tujuh santri Pondok Pesantren (Ponpes) Langitan, Widang, Tuban, Jawa Timur yang belum ditemukan dalam musibah perahu tenggelam di Bengawan Solo akan dilakukan selama sepekan.
"Sesuai ketentuan pencarian korban tenggelam akan dilaksanakan selama sepekan sejak kejadian," kata Kepala Kantor Basarnas Jawa Timur Arifin di lokasi kejadian, kawasan Ponpes Langitan Tuban, Sabtu.
Meski demikian, menurut dia, setelah pencarian dihentikan kemudian ada informasi korban ditemukan maka tim Basarnas tetap akan turun untuk menindaklanjuti. "Kita tetap memantau selama korban belum ditemukan," katanya menegaskan.
Ia menjelaskan pencarian korban tengelam juga bencana lainnya di berbagai daerah Jawa Timur dilakukan dengan melibatkan berbagai unsur, mulai TNI, kepolisian, BPBD, juga berbagai elemen masyarakat. Pertimbangannya Basarnas hanya memiliki 140 personel, tapi wilayah cakupan yang harus ditangani cukup luas.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban Joko Ludiono menjelaskan hingga pukul 13.30 WIB siang ini pencarian tujuh santri Ponpes Langitan masih terus dilakukan. Meskipun, katanya, cuaca Bengawan Solo di daerah setempat turun hujan sejak pagi hingga siang hari.
"Pencarian dengan memanfaatkan 10 perahu karet terus berjalan meskipun sekarang hujan," ucapnya menegaskan.
Ia menambahkan Tim SAR yang melakukan pencarian yaitu dari Basarnas, Polisi Air Polda Jawa Timur, Polres Tuban, BPBD Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan Gresik.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Jawa Timur juga sudah bersiaga dengan membuka posko untuk melakukan identifikasi korban kalau sewaktu-waktu ditemukan.
Perahu tambang berpenumpang 25 santri Ponpes Langitan Widang tenggelam sehari lalu ketika menyeberang dari tambangan di Ponpes Langitan di Desa Widang, Kecamatan Widang, Tuban, menuju tambangan di Desa Babat, Lamongan.
Dalam kejadian itu sebanyak 18 santri selamat, sedangkan tujuh santri belum ditemukan. Tujuh santri yang belum ditemukan yaitu Abdullah Umar (15) asal Bedilan, Gresik, M. Afiq Fadlil (19) asal Bulakparen, Kecamtan Bulukamba, Brebes, Moch. Barikly Amri, asal Manyar, Gresik dan Moh. Arif Mabruri (18) asal Sumberrejo Bojonegoro.
Selain itu Muhsin (16) asal Tambaksari Surabaya Rizki Nur Habib (15) asal Kecamatan Percut Seitian, Deli Serdang Sumatera Utara, dan Lujaini Dani (13) asal Manyar, Gresik.