REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU -- Satelit milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mendeteksi tujuh titik api dengan tingkat kepercayaan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di atas 70 persen di Provinsi Riau.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi berujar, titik api menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa hari terakhir.
"Pagi ini, satelit deteksi tujuh titik api dari total 13 titik panas di Riau. Ketujuh titik api tersebut terpantau pada dua kabupaten yakni di Siak enam titik dan sisanya di Rokan Hilir satu titik," ujarnya di Pekanbaru, Jumat (7/10).
Dia menerangkan, enam titik api di Siak terkosentrasi pada satu kecamatan yaitu Kandis dengan masing-masing memiliki tingkat kepercayaan karhutla 77 persen, 79 persen, 81 persen, 85 persen dua titik, dan 92 persen. Satu titik api di Rokan Hilir terdapat pada Kecamatan Tanah Putih dengan miliki tingkat kepercayaan karhutla 77 persen. "Tapi semua titik api itu berpotensi terbakar. Apalagi bila terjadi di lahan gambut, karena provinsi ini terkenal memiliki baik hutan atau lahan bergambut yang luas," katanya.
Slamet mengatakan, 13 titik panas di Riau itu terpantau berada di tiga kabupaten yakni Siak 10 titik, lalu Bengkalis dua titik dan Rokan Hilir satu titik. Total titik panas di Sumatera dengan tingkat kepercayaan karhutla di atas 50 persen berjumlah 17 titik dengan wilayah penyebaran pada empat provinsi. "Selain di Riau, titik panas terdeteksi di Sumatera Utara dua titik, Sumatera Barat dan Jambi masing-masing satu titik," ujarnya.
Satuan tugas siaga darurat kebakaran hutan dan lahan Provinsi Riau kemarin dilaporkan, telah menyebar sebanyak 64,4 ton garam sebagai upaya modifikasi cuaca guna mempercepat proses hujan buatan.
"Total garam yang disebar hingga hari ini 64,4 ton garam. Sementara yang tersisa 9 ton garam," kata anggota Satgas Udara Karhutla Riau, Mayor Ferry Duwantoro. Program Teknologi Modifikiasi Cuaca (TMC) dilakukan BPPT bersama dengan Satgas kebakaran hutan dan lahan Satgas siaga darurat Karhutla Riau dimulai sejak pertengahan Juli 2016 lalu.
Awalnya, operasi TMC tersebut menggunakan pesawat tipe Cassa 212 dengan registrasi PK-PCT. Namun, kata dia, pesawat yang telah menyebar 40 ton garam itu diperbantukan ke Sumatera Utara. Kini, upaya modifikasi cuaca dilanjutkan dengan pesawat jenis yang sama dengan nomor registrasi A-2107 yang juga bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). "Dengan A-2107, kita telah menyebar 24,4 ton garam," ujarnya.