Jumat 07 Oct 2016 10:29 WIB

Penyebab Perpecahan Suara Kelompok Muda Golkar dalam Pilkada DKI

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Ani Nursalikah
Juru Bicara Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) Andi Sinulingga (kiri), bersama Koordinator GMPG Ahmad Doli Kurnia memberikan pernyataan sikap terhadap Surat Keputusan Menkumham di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Jumat (28/1).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Juru Bicara Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) Andi Sinulingga (kiri), bersama Koordinator GMPG Ahmad Doli Kurnia memberikan pernyataan sikap terhadap Surat Keputusan Menkumham di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Jumat (28/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suara kelompok muda Partai Golkar diperkirakan akan terpecah di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017. Meski Golkar resmi mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot), namun ternyata ada pula yang mendukung Anies Baswedan dan Sandiaga Uno (Agus-Sandi).

Tokoh muda Golkar, Ahmad Doli Kurnia mengatakan, fenomana tersebut sudah berulang terjadi. Sebelumnya, kelompok muda Golkar mengambil inisiatif membentuk Agus Fans Club (AFC). "Artinya mereka bisa dikatakan sebagian besar menolak Ahok," kata Doli kepada Republika.co.id, Kamis (6/10).

Menurut Doli, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan perpecahan suara kelompok muda di Golkar. Pertama, mereka merasa kepentingan dan aspirasinya tidak terwakili atau malah bertentangan dengan figur Ahok yang kontroversial.

"Sikap arogan, kasar, SARA, dan sifat buruk lainnya yang sering dipertontonkan, apalagi akhir-akhir ini sering menistakan agama mayoritas, membuat mereka merasa itu bukanlah sesuai dengan karakter dan semangat yang selama ini dikembangkan di dalam tubuh Partai Golkar," kata Doli.

Kedua, mereka merasa proses penetapan Golkar mendukung Ahok terkesan begitu terburu-buru, tertutup, eksklusif, dan top- down. Proses tersebut tidak melalui proses pelibatan respons, reaksi, dan aspirasi warga Golkar secara keseluruhan.

Ketiga, gejala itu juga menunjukkan konsolidasi yang dilakukan oleh pimpinan Golkar dalam meyakinkan dan mengajak warga Golkar khususnya di DKI belum maksimal dilakukan, kalau tidak bisa dibilang gagal. Keempat, ada juga yang bermotif lebih ekstrem untuk menyatakan pilihan Golkar terhadap Ahok adalah pilihan yang tidak tepat dan bahkan bisa merugikan Partai Golkar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement