Rabu 05 Oct 2016 12:32 WIB

Korban Banjir Bandang akan Dibangunkan Jembatan Darurat

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ilham
Anak-anak sekolah menengah pertama menyeberangi Sungai Cimanuk di Kampung Cijambe yang memisahkan Kecamatan Banyuresmi dan Karangpawitan.
Foto: Republika/Fuji E Permana
Anak-anak sekolah menengah pertama menyeberangi Sungai Cimanuk di Kampung Cijambe yang memisahkan Kecamatan Banyuresmi dan Karangpawitan.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Jembatan gantung penghubung di aliran Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat putus dihantam banjir bandang yang terjadi Selasa (21/9), malam. Padahal, jembatan sepanjang 70 meter itu merupakan bantuan dari Negara Swedia, Perancis, dan Uni Eropa.

Akibat kejadian tersebut, masyarakat Kampung Cijambe, Desa Sindanglaya, Kecamatan Pawitan dan Kampung Patrol, Desa Sukaratu, Banyuresmi hanya bisa menggunakan perahu karet dan rakit guna melanjutkan perjalanan melintasi sungai.

Perwakilan Vertical Rescue Indonesia, ‪Tedi Ixdiana mengatakan, jembatan yang terputus itu berada di posisi amat strategis dan menjadi jantung kegiatan masyarakat setempat. Oleh karenanya, jembatan tersebut akan dibangun kembali lewat upaya mengumpulkan donasi, terutama untuk membangun jembatan darurat.‬

‪"Kami spesialisasinya dengan tali temali dan saya putuskan untuk membangun jembatan di sini. Karena, jembatan ini sangat vital bagi warga berada di dua kecamatan, terutama mereka harus kembali melintasi jembatan, terutama untuk meningkatkan perekonomian dan juga anak-anak sekolah yang biasa berangkat melalui jembatan tersebut," katanya Kampung Cijambe, Senin (3/10).‬

‪Ia meyakini kekuatan jembatan darurat tersebut nantinya mampu mengangkut hingga 20 orang. Tetapi, demi alasan keamanan, maka jembatan darurat cuma mampu dilintasi maksimal dua orang. Ia berharap dengan membangun kembali jembatan tersebut, maka aktifitas masyarakat bisa terus berjalan secara lebih aman daripada masyarakat harus menggunakan perahu rakit yang dapat membahayakan jiwa.

‪"Kami dari Vertical Rescue Indonesia akan memperbaiki kondisi jembatan darurat yang mengalami putus setelah banjir bandang terjadi, akan tetapi untuk menjaga keselamatan pejalan kaki tidak bisa dilalui dengan orang banyak," ucapnya.

Ia menyebut, jembatan penghubung antar dua kecamatan itu dibangun pada tahun 2010 lalu, dengan menggunakan anggaran dari luar negeri sehingga bisa dilewati oleh kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Terputusnya jembatan lantaran musibah banjir bandang, warga terpaksa menggunakan rakit bambu untuk melintasi  aliran sungai Cimanuk.

Sementara itu, salah satu warga, Tati Lisna (34 tahun), mengatakan jembatan penghubung yang menggunakan sling beralaskan plat dan pipa besi tersebut roboh dihantam banjir bandang. Sehingga kali ini warga tidak bisa melakukan apa-apa terkecuali hanya membuat rakit yang terbuat dari bambu.

"Kalau mau berangkat sekolah dan aktifitas bekerja biasanya menggunakan jalan tersebut, akan tetapi setelah putus terbawa aliran sungai Cimanuk hanya menggunakan perahu karet, karena lokasi berangkat ke sekolah hanya menggunakan jembatan gantung sangat terjangkau menuju jalan untuk menaiki angkutan kota," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement