Rabu 05 Oct 2016 00:04 WIB

7 Keanehan yang Ditemukan Komisi III DPR Terkait Kanjeng Dimas

Benny Kabur Harman
Foto: antara
Benny Kabur Harman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sembilan anggota Komisi III DPR RI, Sabtu (1/10) lalu bertemu langsung dengan pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng, Taat Pribadi, di Mapolda Jatim. Sebelumnya, mereka sempat berkunjung ke Padepokan Dimas Kanjeng di Desa Wangkal, Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Benny K Harman, dalam acara talkshow yang disiarkan secara langsung di salah satu televisi swasta, Selasa (4/10) menyebutkan ada tujuh keanehan yang disimpulkan dari hasil pertemuannya dengan Kanjeng Dimas. Juga usai mengunjungi padepokan Kanjeng Dimas di Probolinggo.

Keanehan pertama, Benny mengatakan padepokan ini pengikutnya dari berbagai latar belakang suku dan agama. "Saya merasa aneh kok bisa padepokan begini pengikutnya banyak dan motifasinya untuk menemukan kedamaian. Jawabannya pengikutnya semua hampir sama, mereka mengaku menemukan kedamaian," kata Benny.

Selanjutnya, keanehan kedua menurut Benny adalah Kanjeng Dimas miliki hubungan baik dengan pejabat-pejabat tinggi negara di level nasional. Benny mengatakan, Kanjeng Dimas bahkan menyampaikan bahwa dia beberapa kali diundang datang ke istana menyampaikan visi dan misi di hadapan Presiden Joko Widodo.

Keanehan ketiga, Benny menyebutkan pengikut Kanjeng Dimas bukan hanya dari kalangan orang biasa. Ada pensiunan PNS, pegawai bank, polisi dan lain-lain. "Bahkan ketika tau Marwah Daun Ibrahim, seorang cendekiawan tokoh ICMI juga jadi pengikut, ini makin aneh rasanya," kata Benny.

Benny mengatakan, Kanjeng Dimas memiliki kemampuan mengadakan uang, bukan menggandakan. "Saya dikoreksi, jadi bukan menggandakan, tapi mengadakan uang," katanya.

Menurut Benny, saat menanyakan sudah berapa banyak uang yang berhasil diadakan oleh Kanjeng Dimas, dia mendapatkan jawaban sebesar lebih dari Rp 1 triliun.  Selanjutnya, saat ditanya uang tersebut dikemanakan saja, Benny mengatakan Kanjeng Dimas menyebutkan dua tempat salah satunya di Jakarta. "Saya tanya di Jakarta itu di mana? Katanya di Tomang. Waktu saya tanya boleh tau pejabat yang mendapat dia bilang tidak boleh," kata Benny.

Keanehan berikutnya yang dirasakan Benny adalah saat dia menanyakan ke Kanjeng Dimas apa betul punya kemampuan mengadakan uang, lalu dijawab oleh Kanjeng Dimas bisa. Namun saat diminta mengadakan uang saat itu juga, Kanjeng Dimas menjawab tidak bisa. "Kanjeng Dimas menjawab saya tidak bisa karena saya stres, kondisinya tidak memungkinkan saya bisa melakukan itu," kata Benny.

Benny juga mengatakan keaneahan lain adalah saat penangkapan terhadap Kanjeng Dimas, dilakukan oleh tiga kompi brimob, kepolisian dan nyaris tanpa ada perlawanan.

Selanjutnya, Benny mengatakan keanehan lain adalah Kanjeng Dimas sepertinya dipaksa begitu untuk menjadi tersangka dengan tujuh tersanga lainnya. Yakni satu tersangka yang meninggal di rumah sakit dan kini tinggal enam yang masih jadi tersangka.

Hal-hal inilah yang menurut Benny sejumlah keanehan yang ditemukannya di lapangan terkait Kanjeng Dimas serta padepokannya. Benny juga mengatakan, saat bertemu Kapolda Jawa Timur, dia menyampaikan ada dua hal yang perlu dicermati. "Kami sampaikan ada dua soal, yakni soal metafisik yang tidak bisa ditangkap oleh akal sehat tapi harus dihargai. Ini mungkin kearifan lokal. Tapi ini juga terkait hukum, dugaan adanya penipuan dan pembunuhan. Jadi silakan Kapolda ambil langkah," kata Benny.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement