REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Selesai menjalankan ibadah sholat subuh, relawan yang membantu warga menyeberangi Sungai Cimanuk mulai bekerja. Meski udara masih dingin mereka keluar rumah dengan langkah kaki mantap.
Sebelumnya, Jembatan Gantung yang menghubungkan Kecamatan Banyuresmi dan Karangpawitan roboh dilanda air bah dari luapan Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut. Tiang besi jembatan sebesar tiang listrik bengkok akibat tidak kuat menahan arus air.
Jembatan gantung dan sejumlah bangunan di sekitarnya hanyut tak tersisa. Pascabanjir bandang tersebut, semua aktivitas warga lumpuh. Anak-anak tidak berangkat ke sekolah karena masih kaget dengan dampak banjir bandang.
Salah seorang relawan bencana asal Kampung Cijambe, Desa Sindanglaya, Kecamatan Karang Pawitan, Aceng Daman (38 tahun) menuturkan, sudah tiga hari membantu warga menyeberangi Sungai Cimanuk karena jembatannya roboh. Setiap paginya anak-anak sekolah menengah pertama dan sekolah menengah akhir banyak yang menyeberang.
Mereka menyeberang dengan menggunakan perahu karet kecil milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut. Perahu tersebut dikaitkan pada tali besi dan tali karmantel yang membentang di sungai. Agar perahu karet kecil tersebut tidak hanyut oleh derasnya aliran Cimanuk.
Aceng merasa kasihan kepada anak-anak sekolah yang setiap pagi harus menyebrangi sungai dengan menggunakan perahu karet. "Membantu, jadi relawan keinginan diri sendiri, tidak digaji tapi senang saja bisa bantu orang," ujar Aceng yang kesehariannya berjualan figura di Karawang.
Setiap hari ada sekitar 250 warga yang menyeberang menggunakan perahu karet. Kebanyakan mereka menyeberang di pagi hari dan siang hari. Relawan yang lainnya saling bergantian membantu warga menyeberang, terutama anak-anak sekolah saat pagi hari.
"Perahu karet kecil ini kapasitasnya hanya untuk enam orang dewasa, kalau anak-anak sembilan orang muat," tutur Aceng.