Selasa 27 Sep 2016 19:22 WIB

Boy Sadikin Nilai Anies-Sandi Mampu Pimpin Jakarta tanpa Caci Maki

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Esthi Maharani
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) berfoto bersama sebelum menjalani tes bebas narkoba di kantor Badan Narkotika Nasional, Jakarta, Minggu (25/9).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) berfoto bersama sebelum menjalani tes bebas narkoba di kantor Badan Narkotika Nasional, Jakarta, Minggu (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan kader PDIP Boy Sadikin menyatakan kesiapannya menjadi tim pemenangan pasangan cabug-cawagub DKI, Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Dia menilai pasangan ini mampu memimpin DKI Jakarta ke arah yang lebih manusiawi dan tanpa caci maki.

Menurut Boy, memimpin Jakarta tak cukup hanya dengan pembangunan fisik semata. Tapi yang jauh lebih penting adalah dekat dengan rakyat. Bukan justru menindas dan terus menyalahkan masyarakat Ibu Kota. Tak kalah pentingnya, kata dia, adalah etika dalam memimpin.

"Yang penting pemimpin Jakarta mengenal kondisi lapangan, mengenal masyarakatnya dan komunikasi yang baik, itu saja," kata Boy di kediamannya di Jakarta Pusat, Selasa (27/9).

Boy mencontohkan, penggusuran yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dinilai menunjukkan tidak adanya komunikasi yang baik. Rakyat korban penggusuran tak pernah diajak untuk bicara. Cara-cara seperti ini dinilai tidak manusiawi.

"Kalau mau bicara gusur menggusur, saya belum pernah lihat Ahok berembuk datang ke warga, saya belum pernah lihat. Main gusur saja," ujar Boy.

Putra sulung mantan gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin ini juga tak terima jika ayahnya disamakan dengan gubernur DKI Jakarta saat ini, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ali Sadikin, kata Boy, dengan segala ketegasannya tak pernah 'mengambinghitamkan' bawahan.

Tak selayaknya seorang pemimpin selalu menyalahkan bawahan ketika ada kesalahan dalam sistem pemerintahan seperti kepemimpinan di DKI saat ini. Gaya kepemimpinan dan komunikasi Ahok inilah yang tak sesuai dengan hati nurani Boy hingga ia memutuskan keluar usai PDIP secara resmi mengusung Ahok.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement