REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Persentase penderita Penyakit Tidak Menular (PTM) di DIY ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan persentase nasional. Sebut saja stroke (16,9 persen sedangkan nasional 12,1 persen), diabetes melitus (3,0 persen sedangkan nasional 2,3 persen), gagal ginjal kronis (0,3 persen sedangkan nasional 0,2 persen).
"Umumnya penyakit tidak menular muncul dikarenakan konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebihan," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Lily S Sulistyowati yang dibacakan Zahir Setiawan pada acara Program Edukasi Cermati Konsumsi Gula, Garam. Lemak dan Baca Label Kemasan Makanan yang diselenggarakandi Gedung Radyo Suyoso Kepatihan Yogyakarta, Selasa (27/9).
Tingkat konsumsi gula, garam dan lemak berlebih masyarakat Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Sebanyak 26,2 persen penduduk Indonesia mengonsumsi garam berlebih. Angka ini naik dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 24,5 persen. Konsumsi lemak juga naik menjadi 40,7 persen dibandingkan tahun 2009 yang hanya 12,8 persen.
Data menyatakan, konsumsi gula dan lemak di DIY lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yakni gula 16,9 persen sedangkan nasional 4,8 persen. Sementara itu untuk konsumsi garam di DIY 50,7 persen sedangkan nasional 52,7 persen. Adapun konsumsi lemak di DIY 38,3 persen sedangkan nasional 26,5 persen.
Sebagai rekomendasi anjuran batas konsumsi gula, garam, dan lemak yang disarankan oleh Kemenkes adalah batas konsumsi gula per orang per hari adalah 50 gram (empat sendok makan), garam per orang per hari adalah 2000 miligram natrium/sodium atau lima gram garam (satu sendok teh), dan lemak per orang per hari adalah 67 gram (lima sendok makan minyak).
Sementara itu, Kasubdit Pengelolaan Konsumsi Gizi Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes Dyah Yuniar mengatakan daya beli masyarakat DIY kurang diimbangi dengan pengetahuan terhadap makanan bergizi yang seimbang.
Hal ini bisa ditunjukkan dari pola pengeluaran makanan di tahun 2012 dan 2014 yang menunjukkan bahwa 27 persen daya beli dihabiskan untuk makanan dan minuman jadi. Sedangkan karbohidrat 61 persen, lemak 25,6 persen, sementara sayuran hanya 7,33 persen.
Perubahan pola konsumsi yang mengarah pada makanan dan minuman jadi serta tingginya konsumsi karbohidrat dan lemak menyumbang tingginya angka obesitas dan PTM. Karena itu mengurangi konsumsi gula, garam dan lemak pada makanan sehari-hari dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan menurunkan risiko PTM. "Peran Media dalam menyebarluaskan pesan gizi seimbang sangat penting sebagai upaya mewujudkan masyarakat sehat," kata Dyah.