REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan ada delapan wilayah Indonesia yang memiliki potensi tinggi bencana tanah longsor. Tren naiknya potensi bencana tanah longsor diperkirakan terjadi sejak Oktober.
Berdasarkan pendataan BNPB, kedelapan wilayah yang berpotensi bencana longsor yakni kawasan sepanjang Bukit Barisan (Sumatra), Jawa Bagian Tengah, Jawa bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua.
"Dari kedelapan wilayah itu, ada sekitar 40,9 juta warga yang terpapar potensi bencana tanah longsor dengan status sedang hingga tinggi. Jumlah itu setara dengan 17,2 persen dari seluruh jumlah penduduk Indonesia," ujar Sutopo kepada Republika.co.id, di Jakarta, Selasa (27/9).
Dari jumlah tersebut, terdapat penduduk dengan mobilitas rendah karena berstatus warga lansia, penyandang disabilitas dan masih berusia balita. Secara rinci, jumlah warga dengan mobilitas rendah terbagi atas 4,28 juta balita, 3,2 juta warga lansia dan 323 ribu penyandang disabilitas. Sementara sisanya merupakan warga dengan mobilitas normal.
Sutopo melanjutkan, berdasarkan tren bencana selama 10 tahun terakhir, potensi longsor meningkat pada Oktober. "Pada Oktober 2016, pun kondisinya diperkirakan sama. Puncak potensi longsor diprediksi terjadi pada Desember 2016 dan masih terus kuat pada Januari hingga Maret 2017," tambah dia.
Untuk mengatasi kerugian akibat longsor, BNPB telah memasang sistem peringatan dini di daerah rawan. Langkah antisipasi lain yang dilakukan adalah menyiapkan jalur evakuasi, persiapan tanggap darurat dan penetapan status darurat bencana di kawasan rawan longsor.