REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dimas Kanjeng Taat Pribadi menjadi otak pembunuhan dua orang santrinya, yakni Ismail Hidayah dan Abdul Ghani. Polisi pun berhasil mencium latar belakang di balik pembunuhan tersebut.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan awal mula sebelum pembunuhan itu terjadi, kuat dugaan ada rasa ketidaknyamanan Taat Pribadi atas apa yang dilakukan oleh dua santri itu. Ketidaknyamanan tersebut lantaran ada suatu hal yang menjadi rahasianya namun diketahui oleh dua orang santri tersebut.
"Memang ada dugaan ada semacam ketidaknyamanan Taat Pribadi, ada kekhawatiran dia terhadap dua orang ini yang infonya mengetahui perbuatan yang dia lakukan," ujar Boy.
Tentu saja, kata dia, perbuatan yang dilakukan oleh Taat Pribadi ini sesuatu yang melanggar hukum. Namun saat ditanyakan apakah berbuntut soal penggandaan uang yang belakangan mulai tersebar, Boy masih enggan untuk mengamini.
"Masih perlu didalami, apakah berkaitan dengan upaya melawan hukum seperti penggandaan uang atau hal lain, kita engga bisa sampaikan, ini masih dikembangkan penyidik," ujar Boy.
Boy mengimbau kepada masyarakat yang pernah diperlakukan tidak baik untuk segera melapor. Sehingga peristiwa tragis yang menimpa Ismail dan Ghani kata dia tidak terulang kembali. "Kalau ada masyarakat yang diperlakukan tidak baik, harus segera dilaporkan," ujarnya.