REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Warga mulai beraktivitas seperti biasa di hari keenam pascabencana banjir bandang di Kabupaten Garut. Fasilitas umum pun kembali beroperasi.
Sekolah mulai berjalan, RSUD mulai beroperasi, dan sejumlah pengungsi sudah menempati rusunawa. Tapi, masih banyak korban yang tinggal di pengungsian. Sebagian dari mereka ada juga yang tinggal di rumah milik sanak keluarga mereka.
Direktur RSU dr. Slamet Kabupaten Garut, Maskut Farid mengatakan, semua pelayanan di rumah sakit telah berjalan normal. Mulai dari IGD, rawat jalan, rawat inap, sampai kamar operasi. Hanya saja kamar operasi harus dipastikan bersih.
"Untuk kamar operasi itu harus benar-benar bersih, jika tidak aman kami rujuk pasiennya," kata Maksut kepada Republika.co.id, Senin (26/9).
Ia menerangkan, kerugian RSU dr. Slamet akibat banjir bandang diperkirakan sampai Rp 50 miliar. Banyak alat kesehatan yang rusak, mulai dari radiologi, laboratorium, ICU, dan ipal. Namun, poli gigi belum bisa beroperasi. Sebab, alat dental unit rusak. Pihaknya pun telah meminta bantuan untuk pengadaan dental unit.
Sesuai instruksi Bupati Kabupaten Garut, Rudy Gunawan, Senin ini aktivitas belajar mengajar di semua sekolah harus dimulai. Pihak sekolah pun mulai melakukan pendataan para siswa yang terkena dampak banjir pada Senin (26/9) pagi.
Sebagian siswa yang menjadi korban banjir mengenakan pakaian seadanya ke sekolah mereka masing-masing. Menurut Rudy, pihak sekolah akan lebih mudah mendata anak-anak korban banjir ketika mereka datang ke sekolah.
Sementara, ratusan korban bencana banjir mulai dipindahkan ke Rusunawa Cilawu, Garut. Tapi, sisanya ada yang masih tinggal di pengungsian.
Camat Cilawu, Ahmah Mawardi menjelaskan, sebanyak 98 ruangan di rusunawa sudah terisi semua. Di rusunawa para pengungsi bisa lebih nyaman. "Kalau di tempat mereka itu masih banyak lumpur, bisa menimbulkan penyakit," ujar Ahmad.