REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sebanyak 15 sekolah di Kabupaten Garut terdampak banjir bandang pada awal pekan ini. Kegiatan belajar mengajar terganggu karena banyak siswa yang menjadi korban dan kehilangan perlengkapan sekolah.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Totong mengatakan banyak anak-anak yang tidak mempunyai perlengkapan sekolah. Perlengkapan sekolah milik mereka hanyut dan terendam air bah dari luapan Sungai Cimanuk.
"Sekitar 2.200 anak-anak terkena dampak banjir. Jadi sekitar 2.200 anak-anak membutuhkan perlengkapan sekolah," kata Totong kepada Republika.co.id, Ahad (25/9).
Ia menerangkan, perlengkapan yang dibutuhkan seperti tas, sepatu, seragam, alat tulis untuk siswa PAUD, SD, SMP dan SMA. Sementara, sekolah yang terdampak di antaranya, dua SD, delapan SMP dan satu SMA. Selain itu, ada dua SLB dan dua Sekolah Kelompok Bermain yang juga terdampak.
"Semua sekolah itu terendam air banjir. Sehingga kursi, meja, lemari dan papan tulis serta buku-buku terendam air," ujarnya.
Ia menerangkan, dari 15 sekolah yang terdampak, ada delapan yang cukup parah. Menurutnya, parah karena lab komputer, perpustakaannya dan peralatan belajar mengajar rusak. Bahkan ada sekolah yang dinding pagarnya roboh.
Totong mengatakan hari pertama pascabencana sekolah diliburkan. Hari kedua, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut menginstruksikan untuk tetap menjalankan kegiatan belajar mengajar.
Ia menerangkan, misalkan kelas di lantai bawah terkena dampak banjir. Maka kegiatan belajar mengajar dipindahkan ke kelas di lantai dua. Menurutnya, ada juga siswa SD yang menumpang belajar di SD terdekat yang tidak terkena dampak banjir.
Namun, karena korban masih banyak yang tinggal di pengungsian, Totong menjelaskan, Dinas Pendidikan akan menyelenggarakan sekolah darurat di pengungsian. "Supaya anak-anak tetap dapat sekolah," ujarnya.