Sabtu 24 Sep 2016 16:26 WIB

Din Syamsuddin: Ada Bara Api di Pilkada DKI

Rep: Andrian Saputa/ Red: Ilham
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Ketua Wantim MUI) Din Syamsuddin
Foto: Republika/Darmawan
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Ketua Wantim MUI) Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan Majlis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin, prihatin dengan dinamika politik yang terjadi di Ibu Kota Jakarta saat ini. Setelah ditetapkannya tiga pasangan calon yang akan bersaing di Pilkada DKI tahun depan, Din melihat ada gejolak yang muncul di lapisan akar rumput.

Gejolak itu, menurutnya, menjurus pada sentiment SARA, terkait agama, etnis, dan ras yang ditujukan khususnya pada masing-masing pasangan calon. “Sudah pada tingkat ekstrem, penuh pertentangan antara kelompok-kelompok masyarakat yang boleh jadi ada pada dua kubu besar di Pilkada. Saya simbolkan bara api, yang jika dibiarkan terus menyala akan tidak mudah untuk dipadamkan,” kata Din usai menghadiri Dies Natalis ke-58 Universitas Muhammadiyah Surakarta pada Sabtu (24/9), siang.

Ia berharap kepada masing-masing pasangan calon, partai pengusung, simpatisan, dan seluruh lapisan masyarakat khususnya warga DKI Jakarta untuk tidak saling menuduh, menggunjing, dan mencaci, dengan mengeksploitasi hal-hal yang bersifat SARA. Sebab, dinamika politik yang terjadi di Ibu Kota mempunyai pengaruh dan dampak meluas hingga ke daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Mengingat konstelasi politik di Jakarta yang makin panas, konflik dilatarbelakangi SARA, kata dia, sangat besar kemungkinannya terjadi jelang Pilkada. Namun hal itu bisa dihindari jika tokoh-tokoh bangsa, negarawan, bahu-membahu turun menjadi penengah.

“Termasuk juga presiden yang harus bisa menjadi penengah, jangan sampai terjadi perpecahan. Jangan sampai ada diktator mayoritas dan jangan sampai ada tirani minoritas,” kata Din.

Lebih lanjut, Din berpesan agar masing-masing pasangan calon tidak saling menghujat dan menjatuhkan dengan mentinggung soal SARA. Ia mengingatkan pada tiap paslon untuk menjaga perkataan dan ucapannya. Begitu pula pada partai pengusung serta pemilik modal agar tidak mengompori sehingga untuk menghindari konflik sesama anak bangsa.

“Jangan arogan, jangan merasa superior, absolut, jangan mengompori, hindari ketegangan verbal, sebab kalau muncul reaksi, saya khawatir Polri, TNI pun tak bisa mengatasi” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement