REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Agus Harimurti Yudhoyono mendadak menjadi buah bibir pasca-pencalonannya sebagai Gubernur DKI Jakarta 2017. Terlepas dari pro dan kontra soal pengundurannya dari dunia militer, putra sulung Presiden Republik Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono ini merupakan sosok berprestasi, bahkan sejak masih belia.
Agus mengenyam pendidikan dasarnya di Bandung, Timor Timur (saat ini menjadi Timor Leste) dan Jakarta, sebelum akhirnya ia melanjutkannya ke Amerika Serikat (AS). Di AS, Agus mengikuti penugasan ayahnya sebagai siswa Seskoad di Fort Leavenworth. Di negara Paman Sam itu, ia pernah mendapatkan penghargaan dari sekolahnya dalam bidang akademik.
Selepas lulus dari SMPN 5 Bandung, Agus pun masuk SMA Taruna Nusantara Magelang pada 1994. Penatarama 1, pendiri pleton Patroli Kemanan Sekolah (PKS). Dia pernah menjabat sebagai Ketua OSIS SMA Taruna Nusantara dan lulus dengan predikat terbaik pada 1997 dan meraih medali Garuda Trisakti Tarunatama Emas.
Prestasi itu semakin membulatkan tekad Agus untuk mengikuti jejak ayahnya masuk Akademi Militer Magelang.
Aktivitasnya yang menonjol dalam setiap kegiatan taruna dan prestasinya di bidang kepribadian, akademik dan jasmani, dengan meraih penghargaan Tri Sakti Wiratama pada tingkat I dan II membuat Agus terpilih menjadi Komandan Resimen Korps Taruna Akademi Militer pada tahun 1999.
Pemegang alat bass drum Genderang Seruling Canka Lokananta Akmil ini, akhirnya lulus dengan predikat terbaik dan meraih penghargaan pedang Tri Sakti Wiratama serta medali Adhi Makayasa pada Desember 2000. Lulus dari Lembah Tidar, ia lulus terbaik Sekolah Dasar Kecabangan Infanteri dan lulus terbaik Kursus Combat Intel pada tahun 2001. Terinspirasi jejak ayahnya, Agus pun bergabung dengan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Pada 2002, saat menjabat Komandan Peleton di Batalyon Infanteri Lintas Udara 305/Tengkorak, jajaran Brigif Linud 17 Kostrad, Agus diberangkatkan ke Aceh untuk melakukan Operasi Pemulihan Keamanan.
Agus mengatakan membaca buku bukanlah hobinya, melainkan adalah suatu keharusan, sebagaimana halnya berolahraga dan mengasah kepemimpinan lapangan. Prinsip itulah yang setidaknya mendorong dirinya untuk mengikuti pendidikan Master di Singapura pada 2005.
Ia lulus dengan predikat sangat memuaskan dan berhak atas gelar Master of Science in Strategic Studies dari Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University.
Pada tahun 2008, Agus dimintai kontribusinya oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) untuk bergabung dalam tim kecil guna merealisasikan gagasan Presiden SBY dalam rangka pendirian Universitas Pertahanan.
Setelah sukses membantu seniornya mewujudkan terbentuknya Unhan, Agus diberikan kesempatan untuk mengikuti seleksi program master di Universitas Harvard, AS.
Pada bulan Juni 2014, Agus menempuh tugas pendidikan militer setingkat Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (Seskoad) di Command and General Staff College (CGSC) di Fort Leavenworth, Kansas, AS. Sekolah ini merupakan sekolah yang sama diikuti oleh Ayahnya SBY.
Ia menuntaskan tugas pendidikannya selama satu tahun dan lulus pada 12 Juni 2015 dengan hasil sempurna yaitu dengan IPK 4.0.
Seluruh prestasinya tak lantas membuat Agus menjadi jemawa. Ia sering mengatakan, selain karena kerja keras, semua itu adalah karunia Tuhan yang patut disyukuri. Ia sering mengatakan bahwa winning is not a chance, but it is a choice (menang bukanlah kesempatan, tapi itu adalah pilihan).
Motivasinya yang menginspirasi banyak orang dituangkannya dalam media sosial melalui akun Twitter pribadinya @AgusYudhoyono dan akun Instagram pribadinya @agusyudhoyono .
Ia selalu menyemangati para followersnya dengan sapaan-sapaan ringan yang menyejukkan seperti be strong, be tough, never give up. The best is yet to come (jadilah kuat, tangguh, dan pantang menyerah. Yang terbaik belum datang).