Sabtu 24 Sep 2016 12:44 WIB

Sesama Pejawat, Mungkinkah Ahok akan Terjungkal Seperti Foke?

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Reiny Dwinanda
Jokowi vs Foke
Jokowi vs Foke

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga pasangan calon telah resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Jakarta untuk mengikuti pemilihan gubernur (pilgub) DKI 2017. Sebagai pejawat (incumbent), pasangan Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) lebih diuntungkan secara popularitas.

Namun, untuk tingkat elektabilitas tidak ada yang bisa memastikan pasangan tersebut akan lebih unggul dibanding pesaingnya. Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Muradi, mengatakan bukan hal mustahil pilkada ala Foke vs Jokowi tersebut terulang di 2017. "Kemungkinan itu ada," ujarnya kepada Republika.co.id, Sabtu (24/9).

Muradi berpendapat posisi pejawat tidak serta merta akan membuat Ahok-Djarot menang. Di pilgub DKI 2012, Fauzi "Foke" Bowo sebagai pejawat bersaing dengan Joko Widodo.

Berbagai lembaga survei menyatakan Foke jauh lebih unggul dibandingkan Jokowi. Kenyataannya, hasil penghitungan suara membuktikan lain. "Jokowi yang saat itu menjadi penantang baru malah berhasil merebut kursi nomor 1 DKI," kata Muradi.

Namun, menurut Muradi, ada beberapa catatan dari kemenangan Jokowi. Saat itu, Jokowi mempunyai momentum politik. Salah satunya, dia dianggap sebagai figur antitesis pejawat. Jokowi sangat berbeda dengan Foke yang sangat teknoratis. "Kalau ada hal lain dari pihak lawan, itu menarik. Apalagi ketika itu mesin politik PDIP bekerja," ujarnya.

Muradi melihat momentum politik para pesaing yang ada saat ini, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni serta Anies Baswedan-Sandiaga Uno masih kurang. Anies, menurut Muradi, termasuk figur yang baik, namun relawannya yang ada saat ini tidaklah cukup. Dia tidak punya basis partai politik.

Sementara itu, Muradi memandang Sylviana cukup terkenal di kalangan birokrat, namun dia bukan magnet yang cukup menarik masyarakat. "Modal figur, santun, dan ganteng saja tidak cukup karena kompleksitas permasalahan Jakarta semakin besar. Saya lihat belum ada yang mengejutkan," kata dia.

Pilgub DKI 2017 hanya bisa dimenangkan oleh orang yang bekerja keras dan mampu menyampaikan program terbaiknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement