REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Musibah bencana banjir bandang di Kota Garut Jawa Barat telah meninggalkan duka mendalam bagi segenap bangsa Indonesia. Akibat bencana yang terjadi pada Selasa (20/9) malam itu, 27 orang meninggal dunia.
Sedangkan 22 jiwa lain hingga kini masih hilang. Kebanyakan dari korban umumnya sedang tertidur lelap. Beberapa dari korban adalah balita yang tak punya cukup daya untuk bertahan dari derasnya arus banjir bandang. Para korban ini tak sempat menyelamatkan diri.
Tak hanya korban jiwa, ribuan warga lain pun mengungsi akibat rumahnya luluh lantak. Kondisi dari para pengungsi cukup memperihatinkan. Mereka hanya membawa bekal hidup seadanya.
Bahkan tak sedikit yang terpaksa tidur dengan beralaskan kardus akibat rumahnya tersapu banjir bandang.
Sebagai bagian dari upaya meringankan beban korban bencana di Garut, organisasi Rabithah Alawiyah terjun langsung ke lokasi bencana. Ormas Islam yang telah berdiri sejak 1928 menerjunkan satu tim khusus yang diinisiasi oleh pengurus Rabithah DPC Bandung.
Ketua Rabithah DPC Bandung, Habib Faishol Shahab menyatakan, sebagai bagian dari anak bangsa, Ar-Rabithah merasa terpanggil untuk bahu membahu dalam proses pemulihan pascabencana.
"Sebagai bagian kepedulian kita sebagai anak bangsa, kami merasa ikut terpanggil. Sebab ini adalah musibah yang cukup besar bagi saudara-saudara kita di Garut," ujar Faishol, Jumat (23/9).
Menurutnya, saat ini perwakilan Rabithah di Garut terus memantau kondisi para pengungsi dan korban. Kondisi pascabencana, kata dia, masih mengkhawatirkan. Sebab hujan masih mengguyur Kota Garut.
Di sisi lain, para pengungsi membutuhkan bahan bantuan yanng tak sedikit. Ar-Rabithah pun telah mengirimkan satu mobil box berisi obat-obatan, pempers untuk bayi, pembalut wanita, hingga kompor.
Karenanya, dia pun mengimbau kepada masyarakat untuk terjun membantu korban. "Yang dibutuhkan (pengungsi) saat ini adalah pembalut wanita, pempers bayi, dan kompor. Untuk baju sudah menumpuk dan uang tunai jika diberikan langsung agak sulit untuk menjangkau seluruh pengungsi secara tepat," ujarnya.
Faishol merasa, atensi sejauh ini dari keluarga besar Rabithah cukup besar. Sebab bantuan datang dari hampir seluruh DPC Rabithah se-Indonesia. "Usaha ini bukan program kami saja, melainkan dari Pekalongan, Pontianak, dan sejumlah daerah lain. Ini adalah usaha Rabithah secara umum sebagai bagian dari anak bangsa melalui program Rabithah Peduli," ujar Habib Faishol Shahab.