Jumat 23 Sep 2016 17:51 WIB

Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan di Jatim Tinggi

Rep: Christyaningsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kekerasan pada anak (ilustrasi).
Foto: wikipedia
Kekerasan pada anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jawa Timur sudah sampai pada tahap mengkhawatirkan. Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Sujatmiko menyebut Jawa Timur terutama Kabupaten Malang sebagai salah satu wilayah rawan kekerasan perempuan dan anak.

Dalam kunjungannya ke Malang pada Jumat (22/9), ia berdialog dengan berbagai instansi yang concern pada perlindungan perempuan dan anak. "Jika dulu mayoritas kasus terjadi di perkotaan, kini sudah banyak merambah sampai perdesaan," terangnya.

Tahun lalu Jawa Timur menempati peringkat kedua di Indonesia dalam pengaduan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Mengutip data Bareskrim Polri, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) mencapai 1.069 aduan pada 2015. Jumlah ini menempati posisi kedua setelah Sumatera Utara sebanyak 1.107 kasus.

Data sementara tahun ini menunjukkan sudah ada 398 aduan KDRT di Jatim. "Itu baru kasus KDRT, belum kasus lain yang melibatkan perempuan dan anak," imbuhnya.

Di tingkat yang lebih rendah, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Malang menerima 119 aduan kasus pada triwulan pertama 2016. Sebanyak 60 persen adalah kasus yang melibatkan anak-anak.

Kemudahan mengakses konten pornografi melalui telepon seluler menjadi salah satu pemicu kasus. Selain itu Kabupaten Malang adalah wilayah yang penduduknya banyak bermigrasi sebagai tenaga kerja wanita (TKW). Para wanita, utamanya yang bekerja di Timur Tengah, jamak mengalami penganiayaan dan kekerasan seksual.

Meski pengiriman TKW ke Timteng sudah dilarang, masih ada saja warga yang pergi lewat jalur ilegal. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Malang mencatat rata-rata ada 200 TKW ilegal meninggalkan Kabupaten Malang. "Aparat desa harus terlibat dalam pengawasan untuk mencegah bertambahnya kasus pada anak dan perempuan," kata Sujatmiko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement