REPUBLIKA.CO.ID, VATICAN CITY – Paus Fransiskus menilai, jurnalisme yang menyebarkan gosip atau rumor bisa dikategorikan sebagai aksi “terorisme”. Termasuk di antaranya, media massa yang menuding keseluruhan masyarakat atau menyebarkan ketakutan terhadap imigran.
Paus Fransiskus menyampaikan hal itu saat berpidato di hadapan serikat pekerja pers nasional Italia, kemarin. Dia juga berpesan, wartawan hendaknya berjuang lebih keras untuk mengejar kebenaran berita. Apalagi, di zaman kini perputaran arus informasi begitu gencar.
“Menyebarkan rumor adalah salah satu bentuk terorisme. Yakni, bagaimana Anda bisa membunuh orang lain dengan lisan. Ini menjadi penting bagi jurnalis karena suara mereka (jurnalis) dapat memengaruhi semua orang dan memang inilah senjata yang sangat kuat,” ujar Paus Fransiskus, Kamis (22/9).
Pemimpin umat Katolik sedunia itu kerap menyuarakan hak-hak pengungsi dan migran. Dia menegaskan, media massa berperan penting untuk membangun citra bagi orang-orang yang hidup kesusahan.
“Jurnalisme tidak boleh menjadi senjata perusak individu dan bahkan seluruh masyarakat. Ia juga tidak boleh menyebarkan rasa takut (terkait pengungsi) sebelum berbagai prahara yang terjadi, semisal migrasi akibat perang atau wabah kelaparan,” tegas pria asal Argentina itu.
Baca juga, Paus: Kaitkan Islam dengan Kekerasan Itu Salah.
Sebab, tak sedikit media massa di Italia yang justru menyebarkan stereotip atas suatu kelompok. Tahun lalu, sebuah koran liberal, “Libero” menampilkan halaman muka terkait serangan Paris yang menewaskan 130 orang. Editornya menyebut pelaku penyerangan sebagai “Orang Islam sialan.”
Selain itu, ada pula koran liberal lainnya, “Il Giornale” yang tahun lalu menurunkan berita situasi krisis di Libya. Media massa ini menuding, kelompok ekstremis bisa saja menyusup ke Italia bersama dengan arus pengungsi. “ISIS datang. Bersiap-siaplah mempersenjatai diri,” begitu tulisan dari editor “Il Giornale”.