REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengalokasikan Rp 20 miliar untuk membantu sejumlah sekolah terdampak banjir bandang di Garut, Jawa Barat. "Kita belum kalkulasi, untuk alokasi setidaknya butuh Rp 20 miliar," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy saat meninjau sejumlah sekolah di Garut, Jawa Barat, Kamis (22/9).
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, Hamid Muhammad mengatakan, sebenarnya belum ada kalkulasi kerugian materil sekolah terdampak banjir. Namun, selama masa tanggap darurat Kemendikbud melalui dinas pendidikan akan mengalkulasi kerugian materil. Hamid menjelaskan, yang disebut masa tanggap darurat yakni, masa pembersihan sekolah.
Kemendikbud, ia melanjutkan, mengalokasikan Rp 20 miliar untuk membantu merehap sekolah terdampak banjir. "Uang itu tak digelontorkan semua, tapi sudah dialokasikan sebesar itu," jelasnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, sekolah-sekolah yang rusak yakni SD IT Muhammadiyah Tarogong Kidul, SDN Sukaratu 1 Banyuresmi, SLB C Rumah Sakit, SLB A Rumah Sakit, Kober Al Bayibah Namyusresmi, Kober Al Muarofah Banyuresmi.
Kemudian, SMPN 2 Banyuresmi, SMPN 3 Tarogong Kidul, SMPN 5 Tarogong Kidul, SMPN 2 Samarang, SMPN 3 Cisurupan, SMP Qurrota'ayun Samarang, SMP PGRI Garut, dan SMA PGRI Garut.
Ia menyebut sarana prasara sekolah yang mengalami rusak berat yakni perpustakaan, khususnya di SMPN 2 Banyuresmi, SMPN 3 Tarogong Kidul dan SMP PGRI Garut.
Sementara itu, salah seorang guru SLB A, Herawati menjelaskan, banjir bandang terjadi pada Rabu (21/9) malam membuat arsip-arsip sekolah hancur dan tak tertolong, "Kegiatan belajar mengajar dihentikan selama satu minggu," ujar dia.
Saat ini ia menjelaskan, pihak sekolah tengah berupaya mensterilkan kondisi lingkungan sekolah sebelum KBM dilangsungkan.