REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diimbau mewaspadai potensi bencana tanah longsor yang diakibatkan cuaca ekstrem selama masa pancaroba atau peralihan musim dari kemarau ke musim hujan. Imbauan tersebut disampaikan Badan Penanggulangan Bencana DIY, Rabu (21/9).
"Khususnya bagi masyarakat di kawasan perbukitan, kami imbau mewaspadai potensi longsor atau tanah bergerak," kata Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Wahyu Pristiawan di Yogyakarta, Rabu (21/9).
Pristiawan mengatakan seperti tahun-tahun sebelumnya, bencana longsor atau tanah bergerak serta banjir memang paling berpotensi terjadi selama masa pancaroba dan menjelang puncak musim hujan.
Pada Selasa (20/9) malam, hujan lebat yang mengguyur Sleman memicu tanah longsor yang mengakibatkan pagar Masjid Jetisan, Hargobinangun, Pakem, Sleman roboh. Lebar longsor mencapai tiga meter dengan kedalaman dua meter.
Kendati tidak menimbulkan korban jiwa, ia berharap masyarakat tetap mewaspadai potensi bancana yang sama khususnya yang berada di daerah tebing atau perbukitan.
"Meski dampak bencana hingga saat ini belum signifikan, kami berharap masyarakat tetap waspada," kata dia.
Menurut dia, peta zona rawan longsor atau pergerakan tanah masih relatif sama dengan tahun sebelumnya. Ia menyebutkan setidaknya terdapat 22 desa dari 6 kecamatan di Kulon Progo yang pernah mengalami longsor, di antaranya Desa Ngargosari, Pagerharjo, Gerbosari, Banjaroyo, Sidoharjo, Banjarsari, Banjararum, Purwoharjo, Giripurwo, Hargotirto, Hargowilis, Hargomulyo, Hargorejo, Pengasih, Kedung sari, Karangsari, Purwosari dan Kalirejo.
Di Kabupaten Gunung Kidul 13 desa dari 5 kecamatan yang rawan longsor di antaranya Srimartini, Wukir Harjo, Sampang, Watugajah, Tegalrejo, Jurangjero, Rejosari, Nglegi, Hargomulyo, Pilangrejo, Umbulrejo, Sawahan, Sidorejo, Putat, dan Gedang Sari.
Selanjutnya Bantul dengan 12 desa rawan longsor, yakni Desa Argorejo, Sitimulyo, Bawuran, Wonolelo, Wukirsari, Muntur, Mangunan, Sriharjo, Selopamiro, Girijati dan Jatimulyo.
Kabupaten Sleman terdapat dua desa rawan longsor yakni Gayamharjo dan Kronggahan. Di Kota Yogyakarta juga terdapat dua kelurahan rawan longsor yakni Pandean dan Giwangan.
"Selain meningkatkan kewaspadaan, kami juga meminta masyarakat bisa melakukan mitigasi bencana secara mandiri. Paling tidak sudah memiliki kesadaran menghadapi kemungkinan-kemungkinan bencana," kata dia.
Koordinator Pos Klimatologi Badan Meteotologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Joko Budiono mengatakan selama memasuki pancaroba rata-rata curah hujan di lima kabupaten/kota mencapai 0-75 milimeter per dasarian dengan suhu udara rata-rata 24-27 drajat celcius. "Hujan bisa saja lebat, tetapi bersifat lokal, berdurasi singkat dan tidak merata," kata dia.
Selama masa pancaroba masyarakat diimbau mewaspadai potensi gejala pancaroba berupa cuaca ekstrem dengan potensi hujan disertai angin kencang yang bisa berdampak munculnya bencana longsor, puting beliung, hingga gelombang tinggi di perairan laut selatan.
Menurut dia, awal musim hujan di DIY diperkirakan akan jatuh pada dasarian ketiga atau akhir September 2016. Musim hujan di DIY akan berlangsung secara bertahap diawali dari Kabupaten Sleman Utara.
"Akhir September nanti dimulai dari Kabupaten Sleman Utara yang berturut-turut akan diikuti wilayah lain hingga paling akhir Gunung Kidul bagian selatan," kata dia.