Rabu 21 Sep 2016 22:07 WIB

Kisah Korban Banjir Garut, Neni Selamat Nyangkut di Bekas Puing Rumah

Banjir yang melanda Garut.
Foto: Republika/Fuji E Permana
Banjir yang melanda Garut.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Sekeluarga yang rumahnya terendam banjir berhasil menyelamatkan diri meskipun sempat terseret arus banjir sejauh 100 meter akibat luapan Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (20/9) malam. Korban satu keluarga itu terdiri dari suami, istri, dan satu anak berusia 10 tahun warga Asrama Tarumanagara, Kampung Paris, Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul.

"Suami dan anak saya terseret arus banjir kira-kira 100 meteran. Tapi Alhamdulillah, bisa selamat setelah nyangkut di bekas puing-puing rumah," kata Neni Kurniati korban banjir yang selamat saat ditemui di pengungsian Markas Korem 062 Tarumanagara Garut, Rabu (21/9).

Neni bersama suaminya Hilman (49 tahun) dan anaknya Adila (siswa kelas 5 SD) itu merupakan satu keluarga yang sempat terjebak di tengah banjir luapan Sungai Cimanuk. Rumahnya yang berjarak dekat dengan bibir Sungai Cimanuk itu sebelumnya tidak mengetahui akan terjadi banjir, karena selama ini daerahnya tidak pernah dilanda banjir. "Baru pertama ini banjir, terjadinya cepat. Saya lihat keluar ternyata sudah banjir," katanya.

Ia menuturkan, bencana banjir tersebut membuat keluarganya tidak dapat keluar rumah hingga akhirnya menggenangi seluruh bangunan rumah permanennya. Neni bersama anak dan suaminya berusaha menyelamatkan diri dengan naik ke atap rumah, tapi genting atap rumahnya ambruk sehingga semuanya terbawa arus banjir.

"Karena takut dan tidak bisa ke mana-mana saya naik ke atap, tapi gentingnya roboh, saya jatuh dan semua hanyut," kata Neni menceritakan kisah sedihnya saat bencana banjir menerjang rumahnya.

Setelah terjatuh, Neni juga anak dan suaminya terpisah terbawa hanyut arus banjir, bahkan tidak mengetahui keberadaan dua anggota keluarganya itu. Neni saat terbawa arus banjir itu berusaha untuk terus menyelamatkan diri hingga akhirnya bisa bertahan setelah menyangkut di puing-puing bangunan rumah.

"Saya lalu ditolong oleh warga dan diam di loteng (rumah lantai dua) sampai akhirnya surut. Sementara anak dan suami saya waktu itu tidak tahu ada dimana," katanya.

Setelah banjir surut, Neni selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan medis, karena tubuhnya mengalami luka-luka pada bagian tangan dan kaki akibat terseret arus banjir.

Ketika berada di Rumah Sakit Guntur Garut, Neni bertemu kembali dengan anak dan suaminya yang sama-sama mendapatkan perawatan di rumah sakit TNI tersebut. "Saya bersyukur bisa ketemu dengan suami dan anak saya di rumah sakit, katanya selamat karena nyangkut, saat ini kondisi anak saya luka-luka, suami saya juga sekarang masih dirawat di rumah sakit," katanya.

Bencana banjir tersebut telah merusak rumah dan seluruh isinya sehingga Neni dan keluarganya bingung mau pulang ke mana setelah tanggap darurat selesai. "Saya bingung pulang, harapannya pemerintah dapat membangun kembali rumah saya," katanya.

Bencana banjir bandang disebabkan luapan air Sungai Cimanuk yang sebelumnya hujan deras mengguyur wilayah Garut. Bencana tesebut telah menyebabkan 21 orang meninggal dunia, yang dinyatakan hilang 15 orang, sedangkan yang mengungsi tercatat 517 orang. Pemerintah daerah telah membangun dapur umum di Markas Korem 062 Tarumanagara termasuk mendistribusikan kebutuhan para pengungsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement