REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belajar agama Islam harus cerdas terutama dalam memahami ayat-ayat Alquran dan hadis. Itu penting dalam menangkal propaganda paham radikalisme dan terorisme yang banyak memutarbalikkan makna ayat Alquran dan hadis untuk menjalankan aksi-aksi keji mereka.
"Islam itu harus dipahami secara benar dan tidak setengah-setengah. Bila pemahaman kita dangkal, maka kita tidak akan bisa melawan doktrin dari luar yang mengatasnamakan agama Islam. Padahal doktrin itu intinya jauh dari pengertian agama Islam itu sendiri. Itulah yang sekarang digunakan pengikut paham radikalisme dan terorisme, khususnya ISIS, dalam menjalankan propagandanya. Mereka mengatasnamakan Islam tapi sebenarnya jauh dari Islam itu sendiri," ujar Ustaz Abdurrahman Ayyub, mantan teroris yang kini telah tobat dan berkomitmen membantu pemerintah Indonesia dalam menanggulangi terorisme dalam siaran persnya, Rabu (21/9).
Ustaz Ayyub menjelaskan pada 1437 tahun lalu, sebelum kelompok ini muncul, Nabi Muhammad SAW sudah mengisyaratkan akan adanya kelompok ini seperti disebutkan dalam hadis-hadts sohih. Menurut nabi, mereka memang membaca Alquran, tapi pemahamannya dangkal. Namun dengan pemahaman yang dangkal itu, mereka sudah berani berkoar-koar seakan paling paham.
"Sekarang malah lebih seram lagi, seperti yang dilakukan ISIS. Mereka selalu mengusung ayat Alquran dan hadis dalam menjalankan aksi biadabnya. Mereka mengkafirkan orang yang tidak sepaham dan menghalalkan darah mereka untuk dibunuh, merampok, dan memperkosa" ungkap Ayyub.
Selain pemahaman agama Islam, peran keluarga juga sangat penting dalam membendung propaganda radikalisme dan terorisme. Ia mengaku beberapa hari lalu mendapat kabar bahwa ada teman orang Aceh yang baiat dengan ISIS. Dia ini dibaiat dengan memanfaatkan teknologi dan dunia maya.
Menurut Ustaz Ayyub, ISIS sangat lihai memanfaatkan teknologi informasi dalam menjaring pengikut. Anak Aceh tersebut terbaiat dengan lebih dulu kecanduan bermain game daring. "Awalnya main game perang. Dari game itu nanti akan ada komunikasi bahwa pemainnya nanti akan dapat hadiah riil, setelah mereka sebelumnya dalam hadiah berupa senjata, granat, roket, RPG, dan lain-lain. Lama-lama anak ini penasaran apa hadiah riil itu. Dari sinilah anak itu terbawa dan hampir berangkat ke Suriah. Dalam pengakuannya, ia sudah disiapkan tiket gratis, iming-iming gaji besar, serta disiapkan perempuan cantik di Suriah. Padahal faktanya itu hanya mimpi. Beruntung anak ini sadar meski empat temannya jadi berangkat dan sekarang sudah tewas di Suriah," papar pria yang pernah menjadi Ketua Mantiqi IV Wilayah Australia Jamaah Islamiyah ini.
Di sinilah, lanjut Ustaz Ayyub, peran keluarga itu sangat penting, khususnya dalam membentengi anak-anak dari paham radikalisme dan terorisme, serta ISIS. Kalau keluarga mampu mengarahkan anaknya dalam belajar agama serta dalam pergaulan lainnya, terutama yang berkaitan dengan internet, ia yakin anak-anak muda Indonesia akan kebal dari sasaran rekrutmen ISIS.
"Carilah guru atau ustaz yang benar-benar paham agama. Jangan sekali-sekali membiarkan anak belajar dari ustaz Google atau situs pencari apapun di internet. Tanyalah pada guru, kiai, ustaz, bila ingin tahu ayat dan hadits yang shahih," kata Ustaz Ayyub.