Selasa 20 Sep 2016 20:09 WIB

Butuh 70 Tahun Tingkatkan Kualitas Industri Pertahanan

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ilham
Perancangan mobil tempur lapis baja PT Pindad, Bandung
Perancangan mobil tempur lapis baja PT Pindad, Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARATA -- Akademisi dan pengamat pertahanan, Andi Wijajanto menilai setidaknya butuh waktu 70 tahun untuk meningkatkan kualitas industri pertahanan di Indonesia. Pembangunan itu juga harus dilakukan dengan kosinsitensi.

"Itu yang dilakukan negara Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Cina," kata dia dalam seminar nasional Peningkatan Kemandirian Industri Pertahanan Nasional Bidang Kemaritiman di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (20/9).

Menurutnya, selama ini sudah ada langkah strategis yang dilakukan Kementerian Pertahanan dalam membangun kekuatan pertahanan sampai 2024. Ia yakin, apabila target 2024 tercapai, TNI Angkatan Laut akan berubah dari green ke blue water navy, mempunyai kapal perang penjelajah (cruiser), dilengkapi kapal selam surveillance (intai) serta mampu mengawal Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Menurutnya, Indonesia harus mengubah karakter untuk meningkatkan kemandirian industri pertahanan nasional bidang kemaritiman dapat tercapai dengan syarat. Ia juga mengingatkan, dalam rapat terbatas beberapa bulan lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masing-masing kekuatan militer mengembangkan alutsista.

Dia mencontohkan, TNI AD diminta mengembangkan tank, kendaraan taktis (rantis), senjara industri khusus, dan helikopter serang serbu. Untuk TNI AL, diminta mengembangkan pesawat tempur, angkut berat, dan sistem rudal. Sementara TNI AL diminta mengembangkan kapal selam dan Kementerian Pertahanan, yakni pertahanan cyber.

Andin melanjutkan, untuk membeli alutsista harus mulai memikirkan pendekatan daur hidup. Contohnya seperti membeli mobil keluaran Eropa. Pembeli tidak perlu menanggung atau memikirkan biaya perawatan, sebab hal itu merupakan tanggung jawab produsen.

"Alutsista juga ada live cycle. Kalau tak pikirkan live cycle saat membeli, kalau ganti mesin kita tak bisa lakukan sendiri," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement