REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski masih belum mencapai target, sertifikasi usaha halal di Nusa Tenggara Barat (NTB), terutama hotel, terus berjalan. Pemerintah daerah sendiri tetap melakukan sosialisasi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB H Lalu Mohammad Faozal mengatakan, sertifikasi halal oleh industri terus bergerak. Hanya saja, ada tantangan yang harus dihadapi industri pada audit higienitas oleh Dinas Kesehatan. "Itu kan ada uji laboratorium, makan waktu," kata Lalu melalui telepon, Senin (19/9).
Ia mengatakan industri sendiri tidak masalah dengan proses sertifikasi. Juga tak ada masalah dengan proses sertifikasi di MUI. Sosialisasi pun terus dijalankan termasuk dengan melalui aneka kegiatan seperti International Halal Tourism Travel Fair yang akan digelar pada 21-22 September mendatang.
Tahun ini Pemerintah Provinsi NTB menargetkan ada 200 hotel yang bersertifikat halal dan sejauh ini sudah ada 45 hotel yang mendapat sertifikasi halal. Restoran yang sudah bersertifikasi halal sudah sekitar 100 restoran dan sudah ada 30 food court bersertifikat halal.
Pada 20 Oktober 2015 lalu, Lombok NTB meraih dua penghargaan di ajang World Halal Travel Awards 2015 untuk kategori destinasi halal terbaik dan kategori destinasi bulan madu halal terbaik. Sementara pada 2014 lalu, Kementerian Pariwisata sendiri sudah meluncurkan pedoman usaha wisata halal untuk hotel.
Sebelumnya, DPRD NTB menilai sertifikasi halal bagi hotel dan restoran di 10 kabupaten dan kota di NTB belum maksimal. Karena hingga saat ini sertifikasi masih di bawah 30 persen. Padahal, DPRD sudah mengesahkan peraturan daerah tentang wisata halal.