REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset opini publik Stratak Indonesia menunjukkan tingkat keterpilihan atau elektabilitas kandidat calon Gubernur DKI Jakarta Yusril Ihza Mahendra semakin meningkat yakni mencapai 27 persen dari sebelumnya 12,8 persen.
"Berdasarkan riset opini publik yang dilakukan 2-10 September 2016, Yusril bisa mengancam eksistensi Ahok (Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama) jika diusung di Pilgub DKI," kata peneliti Stratak Indonesia Octarina Subarjo di Jakarta, Ahad (18/9).
Menurut dia, elekabilitas Yusril mengalami tren kenaikan sebesar 14,2 persen. Elektabilitas penantang Ahok lainnya yang juga mengalami peningkatan adalah Tri Rismaharani 7,8 persen dari sebelumnya 5,9 persen dan Sandiaga Uno 4,5 persen dari 2,3 persen.
Sedangkan, Rizal Ramli 4,8 persen dan 12,7 persen responden tidak menjawab/tidak tahu. Octaria mengatakan untuk Rizal, Stratak Indonesia tak memiliki data elektabilitas mantan Menko Maritim itu pada Juni 2016 karena belum ramai diperbincangkan maju di Pigub DKI.
Survei ini dilakukan dengan metode "multistage random sampling" dengan jumlah sampel 420 responden dan "margin of error" sebesar 4,78 persen pada tingat kepercayaan 95 persen. Penggalian data dilakukan dengan wawancara tatap muka langsung oleh para pewawancara yang terlatih.
Direktur Riset Stratak Indonesia Mohammad Romdhoni menambahkan tidak ada calon dominan yang bisa diprediksi memenangkan Pilgub DKI. Hasil riset opini publik yang dilakukannya September ini menemukan bahwa Ahok bukanlah calon dominan dan tidak bisa dikalahkan.
"Survei kami mendapatkan data elektabilitas Ahok menurun sementara para penantangnya terus merangkak naik," ujarnya.
Dari dua kali survei pada Juni dan September 2016, Ahok secara personal tidak pernah mencapai angka elektabilitas di atas 50 persen, itu artinya sebagai petahana Ahok tidaklah kuat. "Pengalaman menunjukan petahana yang kuat dan dominan selalu mencapai elektabilitas di atas 60 persen," jelasnya.
Dikatakan dia, Yusril, Risma dan Rizal berpotensi mengalahkan Ahok. Bahkan Yusril dipasangkan dengan siapapun berpeluang menang. Berbeda dengan ketiganya, Sandiaga tidak akan mampu menandingi Ahok.
"Sandiaga belum memiliki momentum yang tepat untuk menjadi calon gubernur di Pilkada DKI kali ini, namun akan memberi kontribusi berarti jika dijadikan calon wakil oleh siapapun," ujarnya. Sedangkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengalami penurunan. Saat ini elektabilitas Ahok 43,2 persenyang sebelumnya 48,2 persen.