REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL-- Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat, bahwa kinerja ekspor produk minyak atsiri, kosmetik dan wangi-wangian dari DIY periode Juli 2016 paling banyak ke negara Prancis. Angkanya mencapai 694.489 dolar AS.
"Sebagai negara penghasil parfum terkenal di dunia, maka kemungkinan besar Prancis membeli bahan baku parfum dan kosmetika produk mereka dari DIY. Setelah mereka beli, lalu bahan baku itu diolah dan di jual lagi ke dunia, salah satunya Indonesia," kata Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia Pattrick Wauran saat dihubungi dari Yogyakarta, Senin (12/9).
Data BPS mencatat, ekspor produk minyak atsiri, kosmetik dan wangi-wangian asal DIY tersebar pada lima negara besar dan selebihnya merupakan gabungan dari beberapa negara. Pertama, negara Prancis dengan persentase sebesar 63,08 persen. Berikutnya, Amerika Serikat (AS) sebesar 7,98 persen. Lalu, Inggris sebesar 4,94 persen.
Kemudian, persentase ketiga terbesar ditempati Belanda 4,41 persen. Dan terakhir Jepang 0,14 persen. Sementara gabungan negara-negara lainnya mencapai sebesar19,45 persen.
Lebih jauh, BPS juga mencatat secara total nilai nominal ekspor komoditas minyak atsiri, kosmetik dan wangi-wangian sebesar 1,1 juta dolar AS pada Juli 2016. Angka ini meningkat dibanding dengan Juni 2016 sebesar 954.596 dolar AS, atau meningkat 15,33 persen.
Pattrick mengingatkan, agar pemerintah DIY dan pelaku usaha di sektor minyak atsiri, kosmetik dan wangi-wangian bersinergi mengembangkan produk tersebut yang akan dipasarkan kepada masyarakat luas. Sehingga bisa meningkatkan daya saing produk tersebut di tengah persaingan global.
Menurut dia, dengan mengembangkan produk-produk turunan minyak atsiri, kosmetik dan wangi-wangian, maka pihaknya menyatakan optimistis bahwa penerimaan DIY akan semakin besar.
"Bahkan kemungkinan besar DIY akan menjadi sumber bahan baku kosmetika dan wangi-wangian untuk seluruh dunia. Bayangkan jika mulai dari bahan baku produk hingga penjualan kosmetik dan wangi-wangian berasal dari DIY, betapa besar potensi penerimaan DIY dan Indonesia dari komoditas itu. Belum lagi dari komoditas lain. Tentunya sangat signifikan mendongkrak penerimaan negara," ungkap dia.