Rabu 07 Sep 2016 20:53 WIB

Menteri ESDM yang Baru Harus Komitmen pada Kedaulatan Energi

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Pengamat politik Firman Noor (dua dari kanan).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pengamat politik Firman Noor (dua dari kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Lembaga  Ilmu Pengetahuan  Indonesia (LIPI), Firman Noor berharap calon Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru adalah sosok yang komitmen dengan kebijakan kedaulatan energi nasional.

Hal ini merujuk pada pernyataan Menteri Koordinator Kemaritiman sekaligus Pelaksana Tugas (Plt) Menteri ESDM, Luhut Binsar Panjaitan bahwa nama calon Menteri ESDM kini sudah ada di tangan Presiden Joko Widodo.

Menurutnya sosok menteri ESDM yang baru nanti, cerdas saja tidak cukup. Selain ia harus sosok yang mumpuni dibidangnya, mengetahui seluk beluk persoalan terkait ESDM. Dia juga harus punya visi yang jernih dan reliable akan pengelolaan ESDM, terkait teknologi, mekanisme distribusi dan terobosan di masa datang.

"Hal lain adalah dia harus sosok yang kuat untuk memastikan kepentingan negara dan rakyat di atas segalanya. Jadi memang bukan tipe yang mudah diatur atau disetir oleh pihak manapun," kata Peneliti di Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI ini kepada Republika.co.id, Rabu (7/9).

Firman melanjutkan, Jokowi harus tetap ingat bahwa persoalan ESDM akan turut menentukan nasib pemerintahannya. Dan sosok menteri ESDM ini kunci nasib serta kedaulatan bangsa secara keseluruhan.

"Jadi, jelaslah bahwa figur ini adalah figur yang keras pada prinsip, konsisten dan berkomitmen pada target-target objektif. Singkatnya sosok yang hebat di level strategi dan eksekusi," ujarnya.

Ketika berada di kampus UI Depok, hari ini Menteri Luhut sebagai Plt Menteri ESDM memiliki firasat jabatannya sebagai Plt tinggal seminggu lagi. Ia yakin presiden sudah memegang nama menteri pengganti dirinya, dan akan segera diumumkan tidak lama lagi.

Sebelumnya jabatan kursi Menteri ESDM hasil resuffle yang dipegang Archandra Tahar tak bertahan lama, hanya berusia dua minggu. Penguncuran diri  Archandra ini setelah kasus dwikewarganegaraan yang ia miliki mencuat dan menjadi polemik di publik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement