REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto mengatakan keamanan siber merupakan tantangan baru bagi negara-negara anggota ASEAN, terutama dalam upaya penanggulangan terorisme.
"Dunia siber sangat kompleks dan canggih, karena itu ASEAN harus memberikan perhatian lebih dan komprehensif dengan melibatkan badan-badan lain yang relevan," kata Wiranto dalam Pertemuan Dewan Politik dan Keamanan ASEAN ke-14 di Vientiane, Laos, Selasa (6/9).
Dalam pidatonya, Wiranto juga melaporkan hasil Pertemuan Internasional Kontra-Terorisme (IMCT) dan KTT Pencegahan Pendanaan Terorisme (CTF Summit) yang diselenggarakan di Bali, Agustus lalu.
IMCT diselenggarakan supaya negara-negara di dunia dapat bekerja sama menghadapi tren terorisme baru antara lain aktivitas teroris lintas batas, teroris asing (FTF), serta penggunaan teknologi dunia maya dan mobilitas peningkatan pembiayaan terorisme.
"Pertemuan tersebut juga menyoroti pentingnya memperluas dan mengintensifkan kerja sama pada program deradikalisasi dan kontra-radikalisme serta untuk menemukan dan mengatasi akar penyebab masalah terorisme," ujarnya.
Seperti semua negara di dunia, ASEAN juga tidak kebal terhadap serangan teroris. Untuk itu, menurut Wiranto, pemimpin negara-negara ASEAN perlu memaksimalkan implementasi Konvensi ASEAN tentang Pencegahan Terorisme (ACCT).
Melalui Pertemuan Dewan Politik dan Keamanan ASEAN ke-14, para menteri dari 10 negara anggota ASEAN menyuarakan semangat kebersamaan dan kebersatuan secara nyata sebagai "mantra" untuk memperkuat kerja sama ASEAN dalam menghadapi berbagai tantangan keamanan di kawasan.
Berbagai tantangan berat seperti serangan teror, penculikan dan penyanderaan yang marak terjadi di perairan Sulu, penyelundupan manusia, perdagangan gelap narkoba, serta penangkapan ikan ilegal, diyakini bisa diatasi melalui semangat kerja sama antarnegara ASEAN.
Dalam tataran dunia, meningkatnya ancaman nonkonvensional berupa peningkatan kualitas dan kuantitas kejahatan transnasional dan lintas batas negara, menjadi ancaman global yang tidak boleh diabaikan. Segala bentuk ancaman harus menjadi perhatian bersama negara-negara ASEAN.
Keberhasilan masyarakat ASEAN mengelola isu perdamaian dan keamanan yang semakin kompleks, sangat menentukan masa depan ASEAN dan suksesnya visi bersama ASEAN.
"Berbagai isu keamanan yang menantang kita, tidak boleh dibiarkan berlangsung tanpa mendapat respons. Sekarang waktunya kita semua menerjemahkan visi bersama menjadi kenyataan sebagaimana tema KTT ASEAN tahun ini di Laos", kata Menko Wiranto.
KTT ASEAN dan KTT Terkait ASEAN ke-28 dan ke-29 yang berlangsung di National Convention Center (NCC) Vientiane pada 6-8 September 2016, juga dihadiri Presiden Joko Widodo dan jajaran menteri Indonesia.