Senin 05 Sep 2016 19:29 WIB

Masyarakat Indonesia Diminta Jaga Pilar Kebangsaan

Kepala BNPT, Suhardi Alius, saat menjadi pembicara dalam acara Sarasehan Nasional Empat Pilar MPR RI dan Kesadaran Bela Negara yang digelar di Gedung Nusantara V, MPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (5/9).
Foto: BNPT
Kepala BNPT, Suhardi Alius, saat menjadi pembicara dalam acara Sarasehan Nasional Empat Pilar MPR RI dan Kesadaran Bela Negara yang digelar di Gedung Nusantara V, MPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (5/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius meyakini jaringan teroris di Indonesia masih ada dan terus berkembang. Untuk itu, masyarakat wajib mewaspadai keberadaan teroris serta gerak-geriknya.

“Teroris ini sekarang beraksi dalam kelompok kecil. Masyarakat harus terus waspada. Apalagi saat ini menjadikan seseorang sebagai pelaku teror tidak perlu lagi harus pergi untuk mengenyam pendidikan  di Afghanistan atau di tempat lainnya seperti yang dilakukan kelompok teror yang dulu,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam acara Sarasehan Nasional Empat Pilar MPR RI dan Kesadaran Bela Negara yang digelar di Gedung Nusantara V, MPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (5/9).  

Dalam paparannya yang bertema “Meningkatkan Kewaspadaan Guna Mengantisipasi Radikalisme dan Terorisme”, ia mengatakan bahwa dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat, saat ini generasi teroris baru cukup diasah yang intensif melalui media sosial dengan memanfaatkan internet.

“Apalagi sekarang ini kalau mau membaiat seseorang cukup melalui chatting saja. Seperti yang terjadi di Medan kemarin. Pelaku cukup dicuci otaknya melalui dunia maya, tidak perlu harus datang ke yang membaiat,” katanya

Selain menjelaskan tentang bagaimana proses radikalisme muncul dan bagaimana pola rekruitmen anggotanya,  terkait dengan Kesadaran Bela Negara di Indonesia, Kepala BNPT meminta kepada semua pihak harus berperan aktif mempertahankan nilai-nilai luhur ke-Indonesiaan, maupun ancaman terhadap negara yang bersifat nyata untuk mencegah paham radikal tersebut.   

Apalagi menurutnya di era globalisasi dan teknologi informasi yang sudah begitu canggih dan tidak ada lagi batas, semua informasi bisa masuk dari segala penjuru. “Perubahan ini sungguh luar biasa baik ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya sudah tidak ada batasnya lagi,” kata mantan Kadiv Humas Polri ini.

Saat dirinya masih menjabat Sekrertaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Sestama Lemhanas), dirinya mengetahui bagaimana pemetaan kondisi perubahan sosial yang ada di seluruh dunia termasuk di Indonesia sendiri.

“Katanya bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah tamah, penuh senyum, gotong royong, menghargai orang tua dan sebagainya yang bersifat santun. Pertanyaan saya apakah masih ada budaya seperti di negara kita? Sekarang ini sudah berubah sosial budaya yang dimiliki bangsa kita ini,” ujarnya.

 Menurutnya, sebagian besar anak muda Indonesia sekarang sudah melupakan sejarah bangsanya. Bahkan sudah banyak anak muda atau pelajar di negeri ini yang sudah tidak hafal lagi nama pahlawannya.

 “Bahkan adat istiadat di daerahnya mereka juga sudah banyak yang tidak tahu. Ini kan masalah kebangsaan dan ini yang harus kita waspadai di tengah era globalisasi ini. Karena kalau kita tidak menjaganya lama-lama nasionalisme kita akan luntur,” ujar Alumni Akpol 1985 ini.

Ia menjelaskan bahwa empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika itu sangat penting karena itu pondasi bangsa ini yang dapat menyatukan bangsa Indonesia ini. Karena empat pilar itu adalah komitmen bangsa Indonesia yang harus dijaga

“Kalau misalnya salah satu dari empat pilar itu misalnya NKRI itu lepas lalu kemana yang namanya dari Sabang sampai Merauke itu? Indonesia yang punya sebanyak 17.504 pulau itu kemana? Keberagaman budaya itu kemana?,” katanya bertanya.

Sekarang ini saja menurutnya, generasi muda bangsa yang mempertahankan adat istiadatnya saja bisa dihitung. “Yang masih bisa menjaga adat istiadat itu kebanyakan di daerah wisata karena itu merupakan bagian suguhan kepada wisatawan. Yang lainnya sudah banyak yang hilang,” ujarnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement