Jumat 02 Sep 2016 17:42 WIB

Tangkal Radikalisme di Kalangan Akademisi, Kepala BNPT Temui Pengurus ICMI

 Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius menemui Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang dipimpin Prof Jimly Asshiddqie, untuk membicarakan fonomena terorisme yang ada di Indonesia, terutama yang saat ini sudah menyebar di kalan
Foto: bnpt
Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius menemui Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang dipimpin Prof Jimly Asshiddqie, untuk membicarakan fonomena terorisme yang ada di Indonesia, terutama yang saat ini sudah menyebar di kalan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bahaya paham radikal terorisme yang terus menyebar di kalangan masyarakat Indonesia menjadi perhatian serius Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Apalagi hampir semua lapisan jenjang pendidikan saat ini sudah terpapar paham radikal terorisme, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga penguruan tinggi.

Dalam upaya mencegah paham radikal terorisme, Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius menemui Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang dipimpin Prof Jimly Asshiddqie, untuk membicarakan fonomena terorisme yang ada di Indonesia, terutama yang saat ini sudah menyebar di kalangan akademisi. Pertemuan tersebut digelar di kantor pusat ICMI, Jl. Proklamasi No.53, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (2/9).

Dalam pertemuan dengan ICMI tersebut Kepala BNPT telah menginformasikan dengan data yang dimiliki bahwa begitu serius masalah radikalisme terorisme di Indonesia ini. Karena sekarang ini dengan teknologi informasi yang begitu tinggi dan perkembangannya yang sangat masif, paham radikal terorisme sudah mulai masuk ke berbagai ruang atau lingkungan keluarga untuk mempengaruhinya.

“Saya sampaikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan selama ini bahwa masalah radikal terorisme ini adalah masalah bangsa, apalagi yang namanya globalisasi yang mereduksi nilai-nilai nasionalisme kita. Di tengah jati diri yang diuji, masuklah paham-paham radikal, baik itu di lingkungan pendidikan dan juga keluarga. Ini yang sangat rentan,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius di acara pertemuan tersebut.

Dikatakan Kepala BNPT, dari data-data yang dimilikinya siapa pihak-pihak yang mengarah radikal kalau tidak diantisipasi dengan baik sejak saat ini akan bisa terbayang dengan apa yang akan terjadi di negara ini nantinya apalagi dengan kemajemukan yang dimiliki bangsa ini..

“Kita merangkul semua pihak untuk mencari fomula yang pas dalam upaya menanggulangi pihak-pihak yang sudah terpapar dan mencegah untuk pihak-pihak yang belum terpapar paham radikal terorisme. Karena kita tidak bisa bekerja sendirian dalam menghadapi masalah ini,” ujar pria mantan Kabareskrim dan Kapolda Jawa Barat ini.

Sementara itu Jimly mengatakan bahwa ICMI akan membantu BNPT dalam mengatasi radikalisme dan teterorisme yang saat ini sudah mengarah kepada kalangan akademisi.

“Kita membicarakan fonomena yang terjadi di dunia kampus kita. Jadi sekarang ini radikalisme sudah berkembang, bukan hanya di tingkat grassroot saja  seperti dikalangan orang miskin, terbelakang dan sebagainya yang selama ini diasumsikan, tetapi sekarang ini sudah melibatkan orang-orang yang berpendidikan tinggi,” ujar  Jimly Asshiddqie

Menurut Jimly, sekarang ini sudah banyak orang yang bergelar Doktor, Profesor sudah terpengaruh paham radikal terorisme. Dirinya mencontohkan seorang dokter yang di Kalimantan beberapa waktu lalu yang diduga bergabung dengan kelompok radikal. “Jadi metode brainwash yang dilakukan kelompok teroris ini ternyata efektif, dan itu merebak kemana-mana,” ujarnya.

Bahkan di kampus sekarang ini menurutnya sudah mulai kemasukan seperti dengan gerakan dengan mengataskanaman pengajian mahasiswa, pengajian dosen. “Baru sebulan ngaji celananya sudah cingkrang, dalam artian cingkrang yang ektrim bagi mereka sudah terpapar radikalisme, ini yang sangat dikhawatirkan.  Jadi inilah yang kita bahas,” ujarnya.

Dikatakannya, pihaknya juga sampai terkaget-kaget dengan data-data yang dibawa Kepala BNPT. Pihaknya selama ini sebenarnya sudah tahu ada gelombang yang harus diatasi di lingkungan perguruan tinggi ternyata ini lebih gawat lagi.

“Bukan hanya di perguruan tinggi, tetapi juga di lingkungan sekolah. Bahkan di anak-anak jenjang Sekolah Dasar pun sudah mulai terpengaruh Media Sosial ini sudah sangat membahayakan,” kata pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi ini menjelaskan

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement