REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY Arofa Noor Indriani mengatakan hingga 2016 ini masih terdata 20 desa rawan pangan di seluruh DIY. Keduapuluh desa tersebut yakni sembilan desa di Kulonprogo, Gunungkidul ada tujuh desa, Bantul tiga desa, dan Kota Yogyakarta satu kelurahan. Sedangkan Sleman, sudah tidak ada lagi desa rawan pangan hingga 2016 karena program bumi sembada mampu menekan angkanya hingga nol.
"Sebelumnya (2014) di DIY masih ada 26 desa rawan pangan tetapi tahun ini bisa kami tekan tinggal 20 desa," tutur dia di Yogya, Jumat (2/9)
Menurutnya, Kota Yogyakarta tak ada desa rawan pangan pada 2014. Namun, pada 2016 ini tercatat ada satu kelurahan yang masuk dalam daftar rawan pangan.
Arofa menambahkan, sebelum 2014, masih terdapat 62 desa rawan pangan di DIY. Angka itu merupakan hasil dari upaya pemerintah melakukan pengurangan dari jumlah sebelumnya yang mencapai 80 desa rawan pangan.
Dia menjelaskan desa rawan pangan bukan berarti tidak memiliki ketersediaan pangan. Karena sebenarnya stok pangan di DIY masih mencukupi. Adapun penentuan desa rawan pangan terdiri dari tiga indikator yakni ketersedian pangan, kemiskinan, dan kesehatan.
"Faktor menonjol desa rawan pangan karena kemiskinan sehingga daya beli rendah untuk ketersediaan pangan rata-rata sudah aman. Terkait dengan kesehatan, misalnya balita ditimbang dua bulan beratnya tidak naik itu menjadi perhatian kami. Walaupun itu sektor kesehatan kami ada andil di sana,’’ ungkap dia.
Guna mengatasi daerah rawan pangan, kata dia, pihaknya telah berkoordinasi dengah daerah, hingga terbentuk tim kewaspadaan pangan dan gizi oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Tim tersebut menjadi pendeteksi dini daerah yang masuk rawan pangan dengan referensi tiga indikator tersebut. Dia menargetkan pada 2025 DIY bebas rawan pangan.