REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Harga berbagai komoditas rumah tangga mengalami penurunan membuat Kota Bandar Lampung mengalami deflasi 0,11 persen pada Agustus, lalu. Bulan sebelumnya, kota ini mengalami inflasi 0,53 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, Yeane Irmaningrum mengatakan, deflasi yang terjadi pada Agustus lalu, karena harga-harga komoditas secara umum jatuh sehingga nilai uang bertambah. “Harga komoditas secara umum mengalami penurunan,” katanya, Kamis (1/9).
Ia mengatakan, menurut data pada Agustus 2016, ada dua komoditas yang menyebabkan Kota Bandar Lampung mengalami deflasi. Pertama, kelompok bahan makanan, dan kedua, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Sedangkan untuk kelompok rokok, perumahan, air, listrik, gas, dan kesehatan justru yang menyebabkan terjadi inflasi.
Kelompok bahan makanan, kata Yeane, mengalami penurunah harga terhadap sayur dan buah-buahan. Kemudian diikuti ikan olahan, telur, bumbu, dan kacang-kacangan. Dari komoditas yang ada, pemicu deflasi justru didukung oleh harga jeruk, daging ayam ras, bawang merah, bawang putih, tomat, sayur, telur ayam ras, anggur, dan cung kediro.
Sedangkan kelompok ikan segar, lemak, minyak, masih menyumbang inflasi, karena harganya masih belum turun. Pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, mengalami deflasi tertinggi sebesar 2,19 persen. Transportasi angkutan antarkota menyumbang deflasi tertinggi.
Deflasi Kota Bandar Lampung pada Agustus lalu, dari 82 kota besar di Indonesia terdapat 33 kota mengalami deflasi, dan 49 mengalami inflasi. Sementara dari 23 kota besar di Sumatra, Kota Bandar Lampung menempati urutas ke-16.