Rabu 31 Aug 2016 16:51 WIB

Penjelasan AJI Terkait Penghargaan kepada Komunitas LGBT

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Muhammad Hafil
Bendera pelangi simbol kaum LGBT.
Foto: abc news
Bendera pelangi simbol kaum LGBT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Suwarjono mengaku semua panitia tidak mengetahui siapa saja yang akan mendapatkan penghargaan pada acara ulang tahun AJI ke-22. Termasuk penghargaan Tasrif Award yang diberikan kepada komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Dia mengungkapkan, hingga pengumuman dilakukan panitia tidak mengetahui penerima penghargaan. Juri untuk penghargaan Tasrif Award yaitu Nizar Patria dari dewan pers, Lufiana pemenang tahun sebelumnya dan Ignatius Harianto dari Lembaga Studi dan Pembangunan.

"Juri bersifat independen, mereka menilai belasan nominator yang kemudian diundang kita gak tahu siapa yang akan jadi pemenang," kata Suwarjono saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (31/8).

Karena itu, menurut Suwarjono wajar jika Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudin tidak mengetahui penerima penghargaan tersebut. Sebab, yang membacakan penerimaan penghargaan dilakukan langsung oleh dewan juri.

Sujarwono menjelaskan, Tasrif Awar merupakan penghargaan yang diberikan kepada individu atau kelompok yang berkontribusi memberikan perlindungan hak manusia. Selain itu, mampu memperjuangkan hak mereka sendiri meskipun dalam tekanan luar biasa.

"Mereka yang berjuang untuk haknya sendiri bukan pemaksaan untuk orang lain, itu pelanggaran," kata Suwarjono.

Pada 2014 lalu, peraih penghargaan ini adalah seorang ibu pimpinan Pesantren di Cirebon yang gigih menghidupkan hak-hak perempuan di pesantren. Selain itu ada juga hakim yang gigih menegakkan hukum yang adil beberapa tahun lalu.

Seperti diberitakan, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudin mendapatkan kritikan terkait kehadirannya pada acara Aliansi Jurnalis Independent (AJI) yang memberikan penghargaan kepada organisasi forum Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Intersex, Queer (LGBTIQ).

Organisasi ini dianggap menyuarakan kebebasan berekspresi kaum minoritas di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Menag juga menyampaikan orasinya.

Namun Menag mengklarifikasi tudingan bahwa dirinya mendukung LGBT. Menag mengaku tidak mengetahui bahwa di acara tersebut terdapat penyerahan penghargaan kepada organisasi LGBT. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement