Rabu 31 Aug 2016 15:25 WIB

Tiket Museum Sejarah Alam Indonesia akan Dibuat Terusan dengan KRB

Rep: Santi Sopia/ Red: Winda Destiana Putri
Museum Sejarah Alam Indonesia
Foto: Republika/Santi Sopia
Museum Sejarah Alam Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Berbagai koleksi artefak pemanfaatan tumbuhan tropis Indonesia tampak tertata rapi di lantai dasar. Tak lupa, koleksi hewan Nusantara, pengetahuan dan teknologi lokal, seperti batik, obat tradisional, pangan lokal melengkapi koleksi di lantai berikutnya.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menginisiasi pembentukan museum dengan format modern lewat Museum Nasional Sejarah Indonesia untuk pertama kalinya. Museum ini berlokasi strategis di  gedung eks Herbarium Bogoriense, Jalan Ir H Juanda, Bogor.

Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain menjelaskan museum akan memuat tentang sejarah alam berupa interaksi komponen kehidupan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam.

"Termasuk meliputi pengetahuan etnobiologi yang di dalamnya termasuk pemanfaatan jenis hayati tropis Indonesia hingga pengetahuan modern," kata dia.

Museum akan memamerkan pengetahuan masyarakat Indonesia atau mengelola sumber daya alam khususnya hayati dan ekosistemnya. Lantai dasar masih dipertahankan sebagai wahana memamerkan pengetahuan etnobotani masyarakat Indonesia dengan tema "Pemanfaatan Tumbuhan Tropika Indonesia meliput pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan untuk kepentingan kehidupan sehari-hari masyarakat lokal di Indonesia.

Lantai I digunakan untuk wahana pameran temporer dan perkantoran karyawan museum dan peneliti. Sedangkan lantai 2-4 mempresentasikan perkembangan pengetahuan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam dan ekosistemnya dari yang masih tradisional hingga pemanfaatan yang modern terkini.

Dalam rangka mengawali, memperkenalkan dan mempromosikan museum ini kepada masyarakat baik kepada para siswa sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi serta masyarakat umum telah dilakukan pameran temporer selama satu tahun secara gratis yang memamerkan berbagai koleksi.

Koleksi keterkaitan keanekaragaman hayati dengan kehidupan modern masyarakat yang dipamerkan itu telah dimiliki oleh LIPI dari hasil ekplorasi di seluruh kawasan Nusantara. Hasilnya cukup menggembirakan, jumlah pengujung yang hanya 5 ribu per enam bulan, naik menjadi 15 ribu.

Saat ini kerjasama untuk pembangunan museum dilakukan dengam Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Dirjen Kebudayaan dan juga Kemendikbud, pihak swasta dan BUMN. Agar lebih efektif, tiket museum akan dibuat terusan antara Kebun Raya Bogor, Museum Sejarah Alam Indonesia dan museum Balai Kirti.

"Setiap tahun ada dana 4 milyar untuk pengembangan IPTEK, tentunya akan ada dari pihak swasta juga," tambah Enny Sudarmonowati, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement