REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Robert N Delinom mengatakan permukaan tanah Jakarta mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan tersebut salah satunya disebabkan kondisi air bawah tanah yang kian memburuk.
Berdasarkan catatan penelitian Robert pada 2000 - 2005, permukaan tanah Jakarta mengalami penurunan sekitar lima hingga 15 sentimeter setiap tahun.
"Sampai saat ini pun permukaan tanah masih mengalami penurunan. Besar penurunan permukaan tanah berbeda-beda di setiap wilayah. Faktor utamanya adalah kondisi air bawah tanah yang kualitasnya semakin menurun," ujar Robert usai bedah buku "Ancaman Bawah Permukaan Jakarta" di Gedung LIPI, Jakarta, Rabu (31/8).
Kondisi air bawah tanah yang buruk, lanjut dia, sangat berpengaruh dalam tatanan keseimbangan bagian bawah permukaan Jakarta yang meliputi kondisi tanah, mineral tanah serta aliran air bawah tanah itu sendiri.
Faktor lain yang ikut mendukung penurunan permukaan tanah adalah pertambahan bangunan dalam skala masif yang terjadi setiap tahun. Bangunan-bangunan untuk kepentingan industri, perkantoran, perumahan menyebabkan daerah resapan air semakin menipis.
Akibatnya, stabilitas daur ulang air terganggu sehingga tidak memberi dampak signifikan terhadap perbaikan kualitas air bawah tanah. Secara jangka panjang, serangkaian kondisi tersebut akan berdampak buruk kepada situasi permukaan tanah Jakarta.
Baca juga, Ini Penjelasan Ahok Soal Banjir Jakarta.
Robert mencontohkan peristiwa runtuhnya Jembatan Sarinah sepanjang 40 meter pada 1981 lalu. "Peristiwa ini mengindikasikan bahwa aspek lingkungan bawah permukaan Jakarta harus menjadi pertimbangan dalam penataan wilayah," tutur dia.