Sabtu 27 Aug 2016 22:37 WIB

“Mereka hanya gaya-gayaan tak Paham betul Komunisme”

Sejumlah anggota ormas membakar bendera komunis saat deklarasi Gerakan Masyarakat Anti Komunis di Plaza Balaikota, Bogor, Jawa Barat, Senin (23/5).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Sejumlah anggota ormas membakar bendera komunis saat deklarasi Gerakan Masyarakat Anti Komunis di Plaza Balaikota, Bogor, Jawa Barat, Senin (23/5).

REPUBLIKA.CO.ID, PAMULANG— Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menganggap tren unjuk simbol-simbol komunis di kalangan oknum pemuda belakangan ini adalah bentuk ekspresi dan gagah-gagahan saja.

“Mereka hanya gaya-gayaan tak paham betul Komunisme,” katanya. Adi memastikan, oknum pemuda yang kerap menampilkan gambar, postingan status, membanggakan simbol-simbol komunis itu belum tentu memahami sepenuhnya Komunisme itu sendiri.

Mereka tidak memahami layak atau teruji tidaknya ideologi ini dalam sejarah perkembangannya. Belum lagi tingkat resistensi dan persinggungan keras ideologi ini dengan Indonesia dengan sistem dan ideologi Pancasila.  

Sebut pula, apakah mereka pernah menelaah secara lengkap karya-karya tokoh komunis dan ideologi kiri seperti Karl Mark, Lenin, atau Tan Malaka, misalnya.  

“Jika mereka ditanya apa itu Komunisme dan pernahkah mereka baca lengkap buku-buku terkait itu? Saya yakin tidak menguasai mendalam,” katanya dalam diskusi bertemakan “Ideologi Komunisme dalam Persepektif Kemerdekaan NKRI” yang digelar Gerakan Pemuda Islam Indonesia Tangerang Selatan di Pamulang, Sabtu (27/8).

Fenomena inilah yang  membuat Adi khawatir. Di tengah-tengah serangan ideologi luar transnasional, baik ekstrem kanan atau ekstrem kiri, ideologi dan falsafah negara sendiri yang terangkum dalam empat pilar, seakan tak lagi seksi di kalangan generasi muda.

Dia menyebutkan contoh kecil, materi kuliah Pancasila yang kini diwajibkan pemerintah, hanya diikuti tak kurang dari 20 mahasiswa. “Ini pasti ada yang salah mengapa kita tidak confidence sebagai Pancasilais,” katanya.

Pemerintah, ungkap dia, memang berupaya keras mensosialikan empat pilar bangsa dan patut diapresiasi. Tetapi, dia menilai program itu hanya sebatas ritual. Diperlukan gebrakan-gebrakan yang lebih inovatif dan massif. “Kalau perlu ajarkan Pancasila sedini mungkin,” paparnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement