REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Provinsi Sumatera Selatan mendapatkan tambahan satu unit helikopter MI-8 dengan kapasitas 4 ton liter air untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan. Helikopter dibutuhkan untuk memaksimalkan upaya pencegahan dini karhutla di Sumsel mengingat selama ini sudah berjalan dengan baik.
"Meski di Sumsel jumlah hotspot terus berkurang, tapi bukan berarti mengendurkan kewaspadaan sehingga penambahan satu unit heli ini membuat upaya lebih maksimal," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Selatan, Iriansyah.
Setelah penambahan ini, armada udara di Sumsel menjadi tiga unit helikopter yang diproyeksikan untuk water bombing di titik-titik panas yang terpantau oleh satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Selain itu, Sumsel juga memiliki sat unit pesawat Cassa 212 yang diproyeksikan untuk melaksanakan teknik modifikasi cuaca (TMC).
Proses ini dapat dilakukan secara rutin pada pagi dan sore hari dalam tiga hari karena ditemukan banyak awan hujan.
"Untuk hari ini, water bombing dilakukan di Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir karena ada laporan titik api di daerah tersebut. Sedangkan dari satelit Lapan terdeteksi 2 titik panas di Ogan Komering Ilir," kata Iriansyah lagi.
Selama Agustus 2016 ini, terjadi penurunan titik api dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, yakni dari 764 titik api menjadi hanya 45 titik api. Gubernur Sumsel Alex Noerdin menerbitkan status siaga darurat bencana asap sejak Maret 2016, untuk lebih dini dalam upaya pencegahan karhutla.
Pencegahan karhutla menjadi perhatian Sumsel karena pada 2015 menjadi perhatian dunia atas kebakaran 736.563 hektare lahan yang berujung pada bencana kabut asap.