Selasa 23 Aug 2016 21:32 WIB

Forum Riset Life Science Hadirkan 400 Peneliti

Rep: Arie Lukhardianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Vaksin (Ilustrasi)
Foto: corbis.com
Vaksin (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Forum Riset Life Science Nasional (FRLN) digelar di Jakarta 25 Agustus. Forum ini, dibuat untuk menyinergikan lintas stakeholder antara pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas.

Menurut Ketua Panitia FRLN 2016 DR Maharani, sesuai dengan namanya, forum yang sudah terbentuk sejak tahun 2011 silam ini, sebelumnya bernama Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN). Tahun ini dihadiri 400 periset/peneliti se-Indonesia.

"Akan hadir peneliti dari universitas, pemerintah dan industri, khususnya periset dalam bidang vaksin, dan life-science," ujar Maharani kepada wartawan di Bandung, Selasa (23/8).

Maharani mengatakan, FRLN ini bertujuan untuk pengembangan produk biofarmasetikal, farmasi, dan alat kesehatan di dalam negeri untuk mewujudkan kemandirian produk nasional, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Rencananya, FRLN 2016 ini akan dibuka oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nila Moeloek, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir.

Konsep FRLN tahun ini, kata dia, akan difokuskan pada diskusi capaian hasil konsorsium dan working group di hari pertama untuk menghasilkan rekomendasi percepatan ke arah komersialisasi. Di hari kedua, hasil dan rekomendasi disampaikan kepada para stakeholders. "Agar percepatan komersialisasi produk life-science dapat terkawal dengan baik," katanya.

Pada FRLN tahun ini juga, kata dia, akan dilakukan serah terima antigen klon TB dari Konsorsium Tuberculosis kepada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang selanjutnya diserahkan kepada Bio Farma untuk pengembangan ke skala industri.  

Konsorsium riset Tuberculosis ini, kata dia, terdiri dari beberapa institusi. Yakni, Bio Farma, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, Universitas Hassanudin, Universitas Brawijaya, Universitas Mataram, Universitas Jember, Unika Atma Jaya dan RS Rotinsulu, Pusat Biomedik dan Teknologi Dasar Kesehatan Litbangkes RI sebagai Koordinator.

Dikatakan Maharani, sebagai bentuk dukungan Bio Farma terhadap riset Life Science di Indonesia bagian timur,  pada FRLN tahun ini juga akan dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Dirut  Bio Farma Iskandar dengan Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang, NTT, Prof Ir Fredrik L Benu, MSi PhD dalam kaitan kerja sama riset produksi antiserum.

Selain itu, untuk melindungi pengelolaan terhadap kekayaan intelektual, juga akan ditandatangani nota kesepahaman antara Bio Farma dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Republik Indonesia.

Menurut Maharani, percepatan hilirisasi produk life science memerlukan dukungan pihak-pihak terkait. Seperti, kebijakan, regulasi, dan pendanaan. Karena itu, dalam simposium akan diselenggarakan talkshow mengupas permasalahan yang dihadapi peneliti dengan mengundang para pakar. Seperti, bidang translasi riset produk life science, Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, serta Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.

"Kami harapkan riset life science dapat segera menjadi produk nasional yang mandiri guna memenuhi kebutuhan biofarmasetikal, farmasi, dan alat kesehatan di dalam negeri," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement